Mohon tunggu...
Panji Haryadi
Panji Haryadi Mohon Tunggu... Penulis -

Gemar menulis mengenai sejarah dan peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Zionisme (Bagian 3): Deklarasi Balfour, Pintu Masuk ke Palestina

16 Desember 2017   20:30 Diperbarui: 16 Desember 2017   22:28 4721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deklarasi tersebut bukanlah deklarasi aslinya, dia telah mengalami beberapa editan dari Herbert Samuel, seorang anggota kabinet senior Inggris. Kata-kata yang diubah oleh Samuel adalah 'pemukiman nasional Yahudi' menjadi 'sebuah pemukiman nasional Yahudi'. 

Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terusirnya orang-orang Yahudi di negara lain. Dengan menambah kata 'sebuah', maka itu mengindikasikan hanya salah satu pemukiman Yahudi saja, bukan untuk seluruh Yahudi di dunia.[8]

Kemudian kata lainnya yang diubah adalah 'Negara Yahudi' menjadi 'Pemukiman Nasional Yahudi'. Hal tersebut dilakukan karena Inggris menginginkan Yahudi terikat dengan Inggris dengan hubungan jangka panjang, sebab apabila Inggris memberikan 'semuanya' di awal bisa jadi hubungan keterikatannya akan memudar. 

Selain itu, di tengah hiruk pikuk Perang Dunia I (PD I), Inggris masih meraba-raba kemungkinan siapa yang akan keluar sebagai pemenang, maka yang paling aman adalah cukup memberikan status sebagai 'sebuah pemukiman nasional Yahudi', bukan negara.[9]

Inggris adalah kekuatan besar yang rasional, segala sesuatu kemungkinan untung-ruginya dipikirkan oleh mereka. Alasan dukungan Inggris lainnya terhadap Yahudi adalah, walaupun PD I belum usai, namun gejala-gejala siapa yang akan menjadi pemenang sudah mulai nampak. Maka dibuatlah skenario mendukung Yahudi dengan harapan orang-orang Yahudi akan membuat perlawanan terhadap Kaisar Jerman. 

Alasan lainnya adalah untuk memberikan kesan baik bagi Louis Brandeis dan Felix Frankfurter, keduanya adalah orang Yahudi yang menjadi penasehat Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson. Selain itu diketahui juga bahwa banyak dari orang-orang Bolshevik Rusia adalah orang-orang Yahudi.[10]

Bagaimanapun itu, dengan Deklarasi Balfour di tangan, kemenangan besar Zionisme telah diraih dan itu menjadi pintu pembuka bagi gerakan-gerakan selanjutnya. Maka, dimulailah proses lobi negara-negara Eropa lainnya untuk mendukung Zionis. 

Di kemudian hari, dengan kalahnya Ottoman dalam perang, maka Inggris mendapat mandat resmi dari Liga Bangsa-bangsa (sekarang berubah namanya menjadi Perserikatan Bangsa-bangsa) untuk menjadi administrator wilayah Palestina. Zionis menyadari itu sebagai peluang emas, maka dipeliharalah dengan ketat hubungan Zionis dengan Inggris.[11] (PH)

Bersambung....

Catatan Kaki:

[1] Eve Spangler, Understanding Israel/Palestine, (Boston: Sense Publisher, 2015), hlm 67.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun