Adalah Theodor Herzl, seorang jurnalis Austria, orang yang paling berpengaruh di balik diadakannya Kongres Zionis Pertama pada tahun 1897. Kongres ini merupakan cikal bakal berdirinya organisasi zionis dunia. Kongres ini awalnya direncanakan akan berlangsung di Munich dengan pesertanya adalah komunitas Yahudi Jerman, baik yang sudah kaya maupun yang masih dalam kondisi miskin.Â
Namun kongres ini harus dipindahkan ke Basel, Swiss, karena mendapat pertentangan dari Yahudi sekuler yang tidak menyetujui ide-ide Zionis. Ada dua target utama di dalam kongres tersebut, yaitu mendirikan sebuah organisasi yang tangguh, dan mengesahkan Basel Plan (Rencana Basel).[2]
Organisasi Zionis (pada tahun 1960 namanya berubah menjadi Organisasi Zionis Dunia) didirikan untuk melaksanakan mandat politik yang konkrit, yaitu sebagai badan koordinasi dalam misi melobi negara-negara Eropa agar menyetujui berdirinya negara baru Yahudi.
Organisasi ini memiliki cabang eksekutif internal dan kemampuan penggalangan dana tersendiri. Koordinasi dilakukan dalam pertemuan tahunan (kemudian dua tahunan dan kemudian empat tahunan) untuk menetapkan kebijakan.[3]
Pencapaian signifikan kedua dari Kongres Zionis pertama adalah pengesahan Basel Plan, sebuah rencana yang dirancang oleh Max Nordau, salah seorang teman dekat Herzl. Basel Plan menyatakan "tujuan Zionisme adalah membangun pemukiman bagi orang-orang Yahudi di Palestina yang dijamin oleh undang-undang."[4]
Di akhir konferensi, Herzl menulis dalam buku hariannya "Apabila saya harus meringkas Kongres Basel dalam sebuah kalimat---tentunya yang saya jaga agar tidak diketahui umum---bunyinya akan begini: di Basel, saya mendirikan Negara Yahudi. Jika saya mengatakannya dengan lantang hari ini, saya akan ditertawakan semua orang. Mungkin dalam 5 tahun, atau pastinya 50 tahun, semua orang akan mengetahuinya."[5]
Â
Deklarasi Balfour
Herzl kemudian melanjutkan pekerjaan lobinya, dia berbicara kepada pemimpin Ottoman (Ustmaniyah) yang meragukan kelompok Yahudi di Palestina. Dia berusaha meyakinkan bahwa nantinya Yahudi akan tetap menghormati kedaulatan Ottoman di kawasan. Dia berusaha untuk memberi tekanan kepada Ottoman melalui pengaruh Jerman dan Rusia. Kemudian dia mengalihkan perhatiannya kepada Inggris.Â
Pada saat itu Inggris masih bersahabat dengan Kekaisaran Ottoman, karena Inggris berkepentingan agar rute aktivitas kerajaan mereka terjamin keamanannya ketika melintasi daerah kekuasaan Ottoman. Sebagaimana kita ketahui, pusat kerajaan Inggris di Selatan pada waktu itu berada di India.[6]
Herzl kemudian meninggal pada tahun 1904. Chaim Weizmann (yang di kemudian hari menjadi Presiden pertama Israel) menggantikan Herzl dan mengambil alih perundingannya dengan Inggris. Pada tahun 1917, Organisasi Zionis mendapatkan kemenangan terbesarnya saat Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang menyatakan bahwa "Pemerintahan Kerajaan Inggris mendukung usaha pembangunan 'sebuah pemukiman nasional Yahudi' di Palestina, dan akan menggunakan usaha terbaik untuk memfasilitasi pencapaian objek ini, dan harus dipahami dengan jelas bahwa tidak ada yang boleh dirugikan terkait hak sipil dan beragama dari komunitas non-Yahudi di Palestina, maupun hak dan status politik yang dinikmati Yahudi di negara lain."[7]