Tempat
: Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.Disini kita akan menjumpai Candi yang merupakan salah satu gapura di jaman keemasan Majapahit, Candi Bajangratu atau Gapura Bajangratu.
Acara meditasi adalah berdoa untuk leluhur yang sudah meninggal dan nusantara agar sesuai dengan sila ke lima Pancasila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jam 11 malam dimulai acara meditasi dan doa bersama sesuai keyakinan masing-masing.Setelah meditasi teman-teman kumpul bersama dengan menyantap tumpengan yang disediakan panitia hasil dari kumpulan sumbangan dari peserta. Pada pukul11 malam
Pengqobulan doa ritual di bajangratu dtandai dengan turunya sinar warna kuning hijau dan putih byar kemudian muncul angin dan hawa dingin merata di seluruh Indonesia
Semar: biarkan mereka elit pejabat makan yang rakyat ,nanti perutnya gemuk sprit perutku
Gareng: ya kalo saya perutnya kecil karena tdk memakan uang rakyat
Semar: org seperti tdk lama akan kena musibah
raja mulawarman Kalimantan : org Indonesia sukar dnasehati, semoga Indonesia jadi tentram etelah acara suroan ini
raja sriwijaya Sumatera : biar ramai, ya kalo tdk begitu bukan Indonesia namanya. Yg elit kalo liat duit matanya kemaruk
raja udayana dari Bali: org seperti itu tdk akan lama bertahan (kena musibah )
Kesimpulan: yg jelas dialog 5 org itu adalah doa yg segera mewujud/sabdapandito, walaupun dilakukan dengan dialog ..karena saaat dialog mereka terjadi frekuenso gelombang KUn Fa YAkun ..
Kemudian teman Surabaya disuruh resi bajangratu untuk mengelilingi bajangratu agar elit yg makan uang rakyat akan BingUNG sehingga tertangkap dan diadili.
Yg menarek bahwa seblum teman Surabaya memutari candi ada pengalaman yg merupakan tahapan kea rah poin terakhir seperti yg dcrtakan : Sebenarnya.. Sblm berangkat sy d beri bunga "...." Ghaib.. Mau sy buang krn bingung utk ap.. Tapi tangan ini malah menempelkan ke dahi.. Warnanya putih semburat kuning.. Lalu saat meditasi yg sy liat banyak cahaya putih memijar mendekati.. Dan selesai meditasi.. Saat telapak tangan menyentuh bata candi.. Tangan ini serasa lengket.. Dari tengah muncul aura putih tp sy tdk tau itu siapa.. Badan ini serasa d tekan utk menunduk dan ada sesuatu yg d berikan..
Malam itu yg hadir raja dan ratunya dsertai pengawal pasukan bhyangkaranya..mulai dari sumatera ,Kalimantan , jawa barat khusunya Tasikmalaya juga dari bali dll yg tdk bisa dsebut satu persatu. Barisan belakang merupakan para resi bijak dari berbagai kerajaan masa lampau yang ada di nusantara.
Malam itu juga sala satu teman kita dari Kediri juga ikut melihat apa yg terjadi d bajangratu: kelihat bnyk orang dibajangratu, ratuny juga kelihat dan disebelahny banyak wnita pengawal dan diluar laki2 pengawal...pd duduk smua.. kmudian dan ratu temben hijau juga datang dalam perjalanan ratu kemben hijau kayak naik kendaraan burung rajawali yg berasal dari Kalimantan sekitar tiga orang ratu dari Kalimantan yang menaiki burung mirip garuda/rajawali.
Filosofi Gareng dan Semar merupakan simbol Banyak teman yang Kompak dan kebijaksanaan
Sebuah isyarat tentang ilmu manunggaling kawulo gusti ( Semar ) yang mengejawantah dalam kehidupan sehari yang dicirikan dalam tindakan dan sifat – sifat Gareng
Nama lain gareng adalah Pancalpamor ( artinya menolak godaan duniawi ) Pegatwaja ( artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit. Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik).Gareng adalah punakawan kedua setelah Semar. ciri fisik Gareng :
Mata juling................ artinya tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan/ tidak baik.
Tangan ceko (melengkung) ................... artinya tidak mau mengambil/ merampas hak orang lain.
Sikil gejik (seperti pincang) ................... artinya selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku.
Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak.
Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah merupakan sifat ksatria :
Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya. Budi itu terletak di hati, watak tidak tampak pada wujud fisik tetapi pada tingkah dan perilaku. Belum tentu fisiknya cacat hatinya jahat.Manusia wajib saling mengingatkan.Jangan suka merampas hak orang lain. Cintailah saudaramu dengan setulus hati.
alau bertindah harus dengan penuh perhitungan dan hati-hati
note
1.tafsiran versi walisongo :
Semar, nama tokoh ini berasal dari bahasa arab Ismar. Dalam lidah jawa kata Is- biasanya dibaca Se-. Ismar berarti paku. Tokoh ini dijadikan pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada atau sebagai penasihat dalam mencari kebenaran terhadap segala masalah. Nala Gareng, juga diadaptasi dari kata arab Naala Qariin. Dalam pengucapan lidah jawa, kata Naala Qariin menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti memperoleh banyak teman
2. teringat wangsit suroan d bajangratu tentang kebobrokan negara, korupsi dan kebutuhan negara ini akan pemimpin yg jujur..seolah wangsit suroan itu mengingatkan kita kepada sosok satu ini.. Joko widodo . Wangsit 4 tahun yg lalu bahwa pecahnya NKRI karena Kesejateraan yg tidak merata ..semoga ..kehadiran sosok ini menjadi solusi dari masalah Perpecahan NKRI
Resume acara ada juga di grup: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=723802790980331&set=o.294688610169&type=3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H