Mohon tunggu...
Ahmad Mustopa
Ahmad Mustopa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Pahit (Episode: Aku Masih Waras)

21 April 2016   11:41 Diperbarui: 21 April 2016   12:15 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bang Panji, katanya lagi nyari Tanah buat Buka Praktek Pijit..?"
 Tanya Soleh padaku disuatu pagi.
 "iya Leh, Aku lagi nyari Tanah yang Deket kejalan,
 luasnya Kira-kira Seratus Meter Persegi." jawabku.
 "Wah kebetulan Bang, Saya mau jual tanah,
 tuh tanah Samping Warung Saya."

Singkat cerita Akupun meninjau lokasi tanah Soleh.
 "Leh, tanah mana yang kamu mau jual..?"
 "Itu bang Samping Warung Saya."
 "Loh itukan ga Depan Jalan Leh..?"
 "tapikan Warung saya depan Jalan Bang."
 "Terus kalo saya Buka Praktek Pijit nanti pasiennya
 Masuk Lewat Warung kamu gitu..?"
 "Soal itu bisa diatur bang,Pokonya Beres."

"Berapa harganya Permeternya Leh..?" tanyaku.
 "Kalo Ngikutin NJOP Tanah Warung Saya harganya
 Dua Puluh Juta Permeter Bang."
 "Gila Kamu Leh, Warung kamukan Depan jalan,
 tapi tanah yang mau Kamu Jual Itu ga ada akses Ke jalan Leh..!"
 "Aduh Bang, Sama aja Bang, cuma beda dikit doang."

"OKe, Coba Saya Lihat Sertifikatnya Leh."
 "Ini Bang Sertifikatnya." jawab Soleh sambil Menyodorkan Sertifikat tanahnya.
 "Leh Ini Sertifikat Hak Guna Bangunan, Bukan Sertifikat Hak Milik..?"
 Tanyaku.
 "Iya Bang, Masih HGB Belum SHM, Kalo Warung saya Udah SHM tuh."
 "Terus Nih Sertifikat Masanya Berlakunya Tinggal Dua Tahun Lagi Leh...?"
 "Eh, Iya Bang, tinggal Dua Tahun lagi, tapi Bisa di Perpanajang Ko,
 atau Abang bisa Urus Sertifikat HGBnya Jadi SHM."
 "Itu berarti Aku Harus Keluar Duit lagi untuk itu Leh..?"
 "Yah Uang Kecil Bang, Ga bikin Abang Miskin, paling Dua persen dari harga jual."

"Hmmm, Andai Aku Beli Tanah Itu, Aku mau langsung Pakai Leh,
 Karna Banyak Pasien Pijitku yang sangat Membutuhkan aku."
 "Waduh Jangan Dulu Dong Bang,Kasih Waktu Dua Tahun
 Buat Beres-beres, Soalnya kan Ditanah itu ada Rumahku."
 "Dua Tahun..? Berarti Itu Mengikuti Masa Kontak Sertifikat Hak Guna Bangunan Kamu dong Leh..?"
 "AAH Abang, jangan disangkutin Kesitu dong, Kitakan Temen
 masa ga ada Kebijaksanaan."

"Bagai mana Bang, Jadi Beli Tanah Saya..?"
 Tanya Soleh penuh Harap.
 "Maaf Leh, Aku Masih "WARAS" untuk Membeli Tanah itu,
 Aku Butuh Lahan Praktek Pijit sangat Mendesak jadi ga mungkin Menunggu Dua Tahun Lagi.
 Aku juga ga akan membeli Tanah Bersertifikat Hak Guna Bangunan
 Dengan Harga Sertifikat Hak Milik,
 Dan Lokasi tanpa akses jalan Besar,
 Mungkin lain kali kalau otakku Tak "WARAS"
 Atau yang akan kubelanjakan itu Bukan Uangku Sendiri,
 Mungkin Aku akan Membelinya."
 Jawabku sambil Berlalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun