Peraturan 3 in 1 di Jakarta diberlakukan untuk mengurangi kemacetan.maksudnya, Supaya Pemilik kendaraan Pribadi Yang Berkendara sendiri Lebih Memilih Angkutan Umum. Namun Pada perkembangannya, Setelah Diberlakukan 13 Tahun, Ada celah dari Peraturan itu, "Joki" Yah, Penguna Mobil Masih bisa Masuk Kawasan 3 in 1 dengan bantuan Joki. dengan adanya Joki tersebut apakah Peraturan 3 in 1 tak Efisien..?
 Sebelum Kita Bisa menjawab Pertanyaan tersebut, mari Kita berhitung dulu. Berapa banyak Pengendara yang berani Membayar Joki, (Maksimal Mereka akan Mengeluarkan Lima Puluh Ribu Rupiah untuk Dua Joki.)Dan Berapa Banyak Pengendara Mobil yang beralih Mengunakan Angkutan Umum atau Sepeda Motor. Kalau melihat Sarana Angkutan Umum sekarang ini, Saya yakin pengendara Mobil akan lebih memilih Membayar Joki, Ketimbang Naik Angkutan Umum Walau itu TransJakarta. Saya adalah Penguna TransJakarta, kalau jam Masuk Kerja, Saya harus Rela berdiri dan Berdesakan, Belum lagi lamanya menunggu, Karna TransJakarta pun, terkena Macet Juga, walau sudah punya jalur sendiri.
 Jadi jika 3 in 1 bukan Solusi tepat untuk membuat Pengendara Mobil Pribadi Beralih ke Angutan Umum, Apa Kira-kira Solusi yang Bisa di Pakai Untuk Mengurangi Pengendara Mobil Pribadi engan mengunakan Mobilnya.Saya mempunyai beberapa Opsi, walau mungkin ini terdengar Extrim bila diberlakukan.
 Pertama : "Naikkan Tarif Parkir untuk Wilayah dan kendaraan  Tertentu. Bisa  Lima Puluh Ribu atau sampai Seratus Ribu Rupiah per Jam. Bila Ongkos parkir Mahal Saya yakin Orang akan Berpikir dua kali untuk memakai Mobilnya.
 Kedua : Berlakukan Perbedaan Harga BBM untuk Kendaraan Pribadi. Bisa Dua Puluh Ribu sampai Tiga Puluh Ribu Rupiah per Liter. Saya sangat yakin bila Harga BBM Dibuat seperti itu Orang akan sangat Malas mengunakan Mobilnya sendiri.
 Namun semua Opsi itu tak akan berjalan lancar bila Angkutan Umum di Jakarta tak dibenahi dengan Baik. Apapun Peraturanya, Apapun Solusinya Tak akan bisa berjalan Bila tidak didukung oleh Keinginan Berubah dari Tiap-tiap manusianya.
Terima Kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H