Konsep Atman juga merupakan bagian penting dari Panca Sradha. Atman mengacu pada keyakinan akan keberadaan Sang Hyang Atman, yang merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Sang Hyang Atman, atau Sang Hyang Urip, dianggap sebagai entitas yang memberikan kehidupan dan vitalitas kepada setiap individu. Manusia, hewan, dan tumbuhan diyakini memiliki Atman, yang merupakan aspek spiritual yang terpisah dari tubuh materi mereka. Atman dianggap sebagai bagian dari Sang Hyang Widhi Wasa yang ada dalam setiap makhluk hidup.
Sepuluh indera (Dasa Indria) berkaitan erat dengan tubuh manusia. Atma, yang meresapi setiap makhluk, sering disebut sebagai tubuh halus. Jiwatman, Atma yang menghidupi tubuh manusia, diibaratkan sebagai kusir yang mengendalikan mobil. Atma menjadi pelatih yang mengatur fungsi-fungsi tubuh (Korbo) kita. Tanpa kehadiran Atma, indera tubuh kita tidak akan berfungsi. Misalnya, mata hanya dapat melihat dengan keberadaan Atma. Demikian pula, telinga hanya dapat mendengar jika dihidupi oleh Atma.
Keterkaitan antara Atma dan indera tubuh menegaskan pentingnya peran spiritual dalam kehidupan manusia. Sebagaimana kusir mengendalikan mobil, Atma mengatur dan memberikan kehidupan pada tubuh kita. Dengan memahami konsep ini, seseorang dapat menghargai keberadaan spiritual dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Konsep Panca Sradha dalam tradisi Hindu menyoroti pentingnya kesadaran akan keberadaan Atma dan pengaruhnya terhadap fungsi-fungsi tubuh manusia.
3. Karma Phala
Karma Phala adalah keyakinan dalam hukum karma phala, di mana setiap tindakan yang dilakukan manusia, baik atau buruk, akan menghasilkan konsekuensi yang sesuai. Tidak ada tindakan kecil yang terlewatkan dari akibat atau ganjaran; baik secara langsung maupun tidak langsung, hasilnya akan tetap terwujud. Dalam pandangan ini, perbuatan baik atau subha karma akan membawa dampak yang menyenangkan atau positif, sementara perbuatan buruk atau asubha karma akan menghasilkan dampak yang tidak menyenangkan atau negatif.
Perbuatan buruk, yang meliputi asubha karma, dapat mengakibatkan atma terjerumus ke dalam neraka, di mana ia akan menderita berbagai siksaan. Sementara itu, akibat perbuatan jahat ini dapat menyebabkan atma bereinkarnasi sebagai makhluk yang menderita di dunia, baik sebagai binatang maupun manusia (Neraka Syuta). Di sisi lain, perbuatan baik akan mengantarkan atma kepada kenikmatan surga, di mana berbagai kebahagiaan dapat dinikmati. Selanjutnya, saat hasil dari perbuatan baik ini dinikmati, atma akan bereinkarnasi di dunia sebagai individu yang bahagia, dengan kemampuan untuk mencapai pencerahan tertinggi dengan mudah.
4. Samsara atau Punarbawa
Samsara atau Punarbawa adalah keyakinan akan proses kelahiran kembali yang berulang. Punarbawa, juga dikenal sebagai Samsara, mengacu pada siklus reinkarnasi yang membawa atma kembali ke dunia materi. Fenomena ini terjadi karena keinginan duniawi yang masih melekat pada atma, mendorongnya untuk kembali ke dalam siklus kelahiran dan kematian.
Kelahiran kembali ini dianggap sebagai pengalaman yang penuh penderitaan, sebagai akibat dari perbuatan atau karma yang dilakukan dalam kehidupan sebelumnya. Momen pembebasan dari Samsara bergantung pada tindakan baik yang dilakukan di masa lalu (atita), masa depan (nagata), dan saat ini (wartamana). Pembebasan dari Samsara mengimplikasikan pencapaian kesempurnaan atma dan moksha, yang, menurut keyakinan Hindu, dapat dicapai dalam kehidupan ini.
Dalam kisah Mahabharata, Dewi Amba mengalami pengalaman hidup Samsara, yang menyebabkannya terlahir kembali sebagai Sri Kanda. Pengalaman ini mencerminkan perjalanan melalui siklus kelahiran dan kematian yang dialami oleh banyak individu dalam kehidupan ini.
5. Moksa