Mohon tunggu...
Moh. Haris Lesmana (Alesmana)
Moh. Haris Lesmana (Alesmana) Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni Mahasiswa Konsentrasi Hukum Tata Negara

Sarana Menyalurkan Pemikiran dan Keresahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Problematika Pancasila: Kanker Demokrasi Itu Bernama Autocratic Legalism

11 Agustus 2024   22:41 Diperbarui: 12 Agustus 2024   00:57 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Latar Belakang

"Pancasila bukan hanya sekadar ideologi, tetapi adalah jiwa dan nafas bangsa yang harus dihidupkan dalam setiap tindakan dan kebijakan negara."
— Moh. Hatta

Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia, telah menjadi fondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mencerminkan keinginan para pendiri bangsa untuk menciptakan sebuah masyarakat yang adil, makmur, dan berkeadaban. Dengan kelima silanya, Pancasila menawarkan prinsip-prinsip moral, sosial, dan politik yang bertujuan untuk menegakkan keadilan, menjaga persatuan, serta menjamin kebebasan dan demokrasi. 

Setiap sila mengandung nilai-nilai yang diharapkan dapat diterapkan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa," menegaskan pentingnya nilai-nilai spiritual dan moral dalam kehidupan publik. Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," menekankan perlunya perlindungan hak asasi manusia dan keadilan sosial. 

Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Sila keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan," menjadi dasar bagi sistem demokrasi yang inklusif dan partisipatif. Sila kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," menekankan pentingnya keadilan sosial dan ekonomi bagi semua warga negara.

Namun dalam praktiknya, pelaksanaan nilai-nilai Pancasila sering kali diserang oleh kanker-kanker kebijakan terutama ketika berhadapan dengan kepentingan politik tertentu. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah munculnya fenomena Autocratic Legalism. 

Fenomena ini merujuk pada praktik di mana hukum digunakan bukan untuk menegakkan keadilan dan melindungi rakyat, melainkan untuk memperkuat kekuasaan otoriter dan menekan oposisi. Autocratic legalism mengikis esensi demokrasi yang seharusnya dilindungi oleh Pancasila, dan menciptakan distorsi dalam penerapan nilai-nilai luhur tersebut.

Dalam praktiknya, Autocratic Legalism telah memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk, mulai dari penggunaan undang-undang yang ambigu untuk menekan kebebasan berpendapat hingga melemahnya lembaga-lembaga pengawas yang seharusnya berfungsi untuk menjaga akuntabilitas pemerintahan.

Fenomena ini tidak hanya mengancam demokrasi, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum dan politik yang ada. Oleh karena itu, penulis menganggap penting untuk mengkaji lebih dalam bagaimana autocratic legalism mempengaruhi Pancasila dan dampaknya terhadap demokrasi suatu negara.

B. Pembahasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun