Mohon tunggu...
Panggah Ardiyansyah
Panggah Ardiyansyah Mohon Tunggu... -

seorang anak bangsa yang berusaha mengenal dan mencintai beragam budaya Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hidup Itu Bukan Kebetulan

3 Mei 2012   02:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:48 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13360114631555004220

Lulus SMA lagi-lagi saya harus puas dengan pilihan kedua.  Pilihan pertama untuk masuk jurusan Akuntansi (yang sangat populer saat itu) tidak berhasil, dan kebetulan diterima di pilihan kedua saya yaitu Sastra Inggris. Masih terngiang di benak ini komentar teman ketika mengetahui saya di terima di jurusan Sastra Inggris. Apa iya saya bisa kuliah di sana, kenal sastra aja belum, bikin puisi aja g bisa, begitu katanya.

Entah kenapa saya memutuskan untuk menjalani saja kuliah di jurusan Sastra Inggris. Dan ternyata saya menikmatinya. Di jurusan ini saya bukan membuat sastra, seperti kata teman saya, tetapi belajar untuk mengapresiasi sastra, sambil secara tidak langsung belajar Bahasa Inggris. Plusnya lagi, Bahasa Inggris termasuk salah satu pelajaran favorit saya sejak SD.

Setelah 4 tahun yang menyenangkan di kampus, dan masih dengan Bahasa Inggris yang pas-pasan, saya mulai mencari kerja setelah dinyatakan lulus. Kesana-kemari mencari kerja, kebetulan saya malah diterima bekerja di Borobudur, tepatnya di Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Kantor ini berada langsung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan bertugas khususnya untuk memelihara Candi Borobudur.

Bingung juga awalnya di tempat kerja, apa yang nanti akan saya lakukan. Akan tetapi, kebetulan lagi, saya malah menemukan passion hidup saya di Borobudur, yang tak lain adalah budaya dalam bentuk cagar budaya dan warisan dunia UNESCO. Kata orang, hidup tanpa passion itu seperti sayur tanpa garam. Beruntungnya saya kalau begitu bisa menemukan passion dalam hidup.

Tetapi apa benar semua yang saya jalani sekarang ini hanya sebuah rentetan kebetulan semata?

Seperti halnya Tangsen yang langsung menyetujui usulan Pak Hadi untuk mengenal Madre, seperti itu juga saya ketika langsung menyetujui untuk tidak bersekolah di Purwokerto.

Seperti halnya Tangsen yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari Mei kenapa dia mau tinggal di Jakarta karena Madre, seperti itu juga saya juga tidak bisa menjawab kenapa saya memutuskan kuliah di jurusan Sastra Inggris.

Seperti halnya Tangsen yang menemukan passion di hidupnya sebagai artisan (pembuat roti profesional) melalui Madre, demikian juga saya yang menemukan passion dalam hidup melalui Borobudur.

Seperti halnya Tangsen yang menemukan "rumah"nya di Jakarta melalui Madre, demikian juga saya yang berharap bahwa di sini, di Borobudur, akan menjadi "rumah kehidupan", tempat saya bisa berkreasi dan mengaktualisasi diri.

Mungkin benar kata Dee, hidup itu bukan kebetulan. "Keterpaksaan" untuk menjalaninya ternyata membawa saya memaknai hidup ini.

Bagaimana dengan anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun