Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Desainer - Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karena Bukan Pemilik Ladang, Seringkali Gagal Deal

17 November 2024   10:26 Diperbarui: 17 November 2024   10:41 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Gambar Sendiri

Kalau itu masalahnya, bagaimana menuntut Airel Noah yang jelas suaranya bagus, lagu-lagunya enak, disukai banyak orang untuk menunjukkan sertifikat pelatihan vokal? atau bagaimana dengan seorang tukang cukur rambut-apakah kita harus meminta sertifikat tata rambut darinya sebelum membiarkan dia memotong rambut kita, padahal keterampilannya sudah dibuktikan dengan banyaknya kepala yang sudah dia plekotho.

Bagi saya, kompetensi itu seperti sebuah pohon. Ijazah dan sertifikat mungkin hanya seperti label yang ditempelkan pada pohon itu untuk memberitahukan jenisnya. Namun, buah yang dihasilkan oleh pohon tersebut-rasa manisnya, manfaatnya-adalah yang benar-benar membuat pohon itu bernilai.

Apakah orang akan berhenti memetik buah hanya karena tidak ada labelnya? Tentu tidak, selama buah itu berkualitas, enak dan memberikan manfaat, orang akan terus memetiknya.

Pengalaman nyata dan jam terbang seringkali memberikan perspektif dan keahlian yang tidak selalu bisa diukur oleh selembar kertas. Tapi tentu saja, di mata beberapa pihak, formalitas tetap menjadi hal utama dalam mengambil keputusan.


Segmen Yang Tepat
Sebuah ironi untuk dunia kreatif yang seharusnya identik dengan kebebasan berekspresi, justru ada kerangkeng birokrasi yang masih terasa begitu kuat. Apakah ini masalah kepercayaan? Ataukah sekadar kebiasaan lama yang sulit diubah? Saya tidak tahu pasti. Yang jelas, pengalaman seperti ini memaksa saya untuk menjadi lebih cerdik.

Seiring waktu, saya menyadari tidak semua peluang kerja menuntut standar yang sama. Ada segmen pasar yang lebih terbuka terhadap kreativitas, di mana karya nyata dan pengalaman menjadi sesuatu yang paling dipertimbangkan.

Perlahan, saya mulai menemukan klien-klien yang bisa dibilang tepat, mereka mengerti bagaimana dunia ini kini bekerja. Selain sangat apresiatif, mereka memberikan ruang untuk berkarya dengan cara saya sendiri tanpa batasan administratif. Sejatinya mereka tahu, apa yang saya lakukan semata-mata untuk kebaikan bisnisnya.

Di masa depan, saya berharap bisa terus berkarya dan menemukan lebih banyak klien yang menghargai kerja keras dan kreativitas tanpa terlalu terpaku pada gelar akademis. Karena pada akhirnya, hasil kerja dan dedikasi yang kita berikanlah yang paling penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun