Kebebasan dalam belajar, terutama di tingkat SMP dan SLTA, membawa tantangan tersendiri. Siswa diberi kebebasan dalam menentukan arah pembelajarannya, tetapi tanpa panduan yang jelas, kebebasan ini dapat menjadi boomerang, menyebabkan siswa kehilangan fokus. Guru pun mendapat tanggung jawab tambahan untuk memastikan siswa tidak tersesat dalam kebebasan tersebut.
Ironi Pendidikan Tinggi dalam Kurikulum Merdeka
Sementara itu, di tingkat pendidikan tinggi, Kurikulum Merdeka membuka peluang besar dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk memilih mata kuliah lintas jurusan dan kampus. Tujuannya jelas, mempersiapkan lulusan yang memiliki wawasan lebih luas dan siap menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif.
Namun, realitas di lapangan tak selalu sejalan dengan idealisme ini. Tidak semua perguruan tinggi siap mengimplementasikan pertukaran mata kuliah lintas kampus. Selain itu, kerja sama antara perguruan tinggi dan industri pun jadi tanda tanya. Padahal, kemitraan ini penting untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja dan relevan dengan kebutuhan pasar.
Akademisi di Garda Depan Pendidikan
Meskipun tantangan ini nyata, ada alasan kuat untuk tetap optimis. Kenapa? Karena nasib Kurikulum Merdeka kini berada di tangan para akademisi terkemuka yang memiliki dedikasi besar terhadap pendidikan.
Prof. Dr. Abdul Mu'ti, yang memimpin Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, adalah tokoh Muhammadiyah yang konsen terhadap dunia pendidikan. Muhammadiyah sendiri memiliki tradisi panjang dalam mengelola lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Dengan latar belakang tersebut, ada keyakinan bahwa Prof. Mu'ti akan mampu memajukan Kurikulum Merdeka melalui pendekatan akademis yang lebih terstruktur dan mendalam.
Di tingkat pendidikan tinggi, kehadiran Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi juga memberi harapan besar.
Sebagai akademisi yang cukup lama berfokus pada inovasi dan riset, beliau dipandang mampu membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan tinggi. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah memperkuat kolaborasi antara kampus, industri, dan pemerintah.
Adapun di Kementerian Kebudayaan, Fadli Zon mungkin dikenal lebih luas sebagai politisi, namun jangan lupa, beliau juga seorang penulis dan intelektual yang karyanya banyak diapresiasi.