Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Desainer - Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi Politik Akomodatif dan Optimisme Kembalinya Sang Nasionalis

19 Oktober 2024   14:49 Diperbarui: 19 Oktober 2024   14:49 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Kompas.com

Bagaimanapun, politik itu permainan strategi, dan merangkul adalah bagian dari langkah yang sudah lazim diambil oleh banyak pemimpin.

Dalam menulis ini, saya berusaha sediplomatis mungkin untuk menyoroti transisi pemerintahan yang akan segera terjadi antara Presiden Joko Widodo-Ma'aruf Amin ke Pak Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Tinggal menghitung jam sebelum pelantikan pada 20 Oktober 2024, dan spekulasi mengenai formasi kabinet baru terus bergulir.

Banyak pihak yang sibuk menebak-nebak siapa yang bakal mengisi kursi menteri di kabinet Pak Prabowo nanti. Namun, buat saya pribadi, siapa yang jadi menteri bukanlah hal yang paling esensial. Bukan soal namanya, tapi lebih kepada alasan di balik pemilihannya.

Sebab, jabatan menteri itu hak prerogatif presiden. Pilihan itu ada di tangan Pak Prabowo dan koalisi pendukungnya. Lantas, kita hanya bisa berharap bahwa menteri yang dipilih adalah mereka yang benar-benar kompeten di bidangnya. Toh, yang akan menjalankan program-program negara ini ya mereka.

Banyak yang sudah mulai menebak-nebak, bahkan ada juga yang mengajukan prediksi-prediksi liar soal wajah-wajah lama yang kemungkinan besar akan kembali mengisi kabinet. Dari menteri aktif yang sudah akrab di telinga hingga tokoh-tokoh yang baru terjun di panggung politik.

Saya sendiri masih menyimpan optimisme terhadap Pak Prabowo. Dengan latar belakang militer yang kuat, kita tahu bahwa Pak Prabowo punya pendekatan yang mengutamakan kepentingan negara. Seorang pemimpin dengan latar belakang militer cenderung memandang stabilitas nasional sebagai hal yang utama.

Maka, kalaupun Pak Prabowo mengambil langkah akomodatif dengan memasukkan orang-orang yang berjasa pada Pilpres kemarin, saya bisa memakluminya. Bagaimanapun, politik itu permainan strategi, dan merangkul adalah bagian dari langkah yang sudah lazim diambil oleh banyak pemimpin.

Namun, saya percaya, setelah Pak Prabowo resmi dilantik dan semua hingar-bingar awal pelantikan mereda, kita akan melihat sosok Pak Prabowo yang berbeda. Sosok yang selama ini dikenal tegas, peduli pada kedaulatan negara, dan tak ragu bertindak.

Saya membayangkan, Pak Prabowo akan kembali pada karakter aslinya: nasionalis, anti korupsi, dan konsisten memberantas perilaku yang mengganggu stabilitas negara. Mungkin akan ada evaluasi ulang terhadap menteri-menteri yang diangkat saat situasi lebih tenang.

Sebagai masyarakat biasa, jujur saya tidak berharap banyak dari para politisi, apalagi mereka yang baru menduduki kekuasaan. Ekspektasi itu seringkali hanya berujung kekecewaan. Tapi, di sisi lain, saya tetap berharap mereka tidak mengganggu kita yang sudah berusaha mandiri.

Sebab, tidak sedikit masyarakat yang secara mandiri membuka lapangan pekerjaan, menggerakkan sektor ekonomi tanpa banyak meminta bantuan pemerintah. Kami hanya ingin diberi ruang untuk bergerak dan berkontribusi bagi negara dengan cara kami sendiri.

Saya paham, tugas seorang presiden itu tidak mudah. Mengurus negara dengan segala kompleksitasnya, tentu perlu perhitungan matang dan pengambilan keputusan yang cepat. Tapi, saya tetap berharap, jangan sampai pemerintah malah menghambat mereka yang ingin maju.

Dalam masa transisi ini, banyak pihak menantikan langkah-langkah Pak Prabowo-Gibran. Seberapa efektif mereka bisa menjaga stabilitas dan kelanjutan program-program dari era Jokowi-Ma'aruf. Ada harapan besar di pundak mereka, tapi juga tekanan yang tak kalah besar.

Di satu sisi, Pak Prabowo perlu mempertimbangkan kesinambungan program-program lama agar tidak ada yang terbengkalai. Tapi di sisi lain, ada kebutuhan untuk memberikan sentuhan baru yang lebih segar dan inovatif agar tidak terjebak dalam bayang-bayang pemerintahan sebelumnya.

Tentu saja, ini bukan perkara mudah. Apalagi ketika harus meramu program baru dengan sentimen publik yang sudah terbentuk. Menghadirkan wajah-wajah lama dalam kabinet bisa jadi solusi jangka pendek, tapi inovasi dan terobosan tetap diperlukan.

Saya juga merasa penting bahwa menteri yang dipilih bukan hanya memiliki track record baik, tapi juga mengerti betul kebutuhan masyarakat. Jangan sampai ada lagi menteri yang justru lebih sibuk dengan gimmick atau pencitraan daripada fokus pada kerja nyata.

Melihat dinamika politik yang berkembang, saya juga bisa memahami mengapa ada keinginan untuk mengakomodasi berbagai pihak. Ini seperti menyusun puzzle besar yang tidak bisa hanya satu warna. Ada banyak kepentingan yang perlu dijaga agar tidak pecah di tengah jalan.

Tapi tetap saja, saya berharap Pak Prabowo punya keberanian untuk menegur bahkan mengganti menteri-menteri yang tidak bekerja sesuai harapan. Jangan sampai jabatan menteri hanya jadi 'hadiah' bagi yang berjasa dalam Pilpres.

Sejauh ini, wacana-wacana yang diusung Pak Prabowo di berbagai kesempatan cukup mengindikasikan bahwa ia ingin berbuat yang terbaik bagi bangsa. Namun, kita semua tahu bahwa kata-kata seringkali berbeda dengan realita di lapangan.

Maka dari itu, harapan saya sebenarnya sederhana saja: biarkan masyarakat bergerak, berinovasi, dan berkembang tanpa banyak campur tangan yang berlebihan. Beri kami ruang untuk bekerja dan berkontribusi dengan cara yang kami bisa.

Pada akhirnya, kita hanya bisa berharap bahwa transisi pemerintahan ini akan berjalan lancar. Apapun yang terjadi, semoga Pak Prabowo dan Gibran bisa menjadi pemimpin yang membawa perubahan positif, bukan hanya di atas kertas, tapi juga dalam keseharian masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun