(Kisah Nyata)
 Sebagian besar keluarga tentu menyambut pergantian tahun dengan penuh suka cita, berkumpul dengan keluarga, berdoa bersama dan menikmati hidangan makanan yang tentu spesial buat keluarga.
Namun tidak demikian halnya dengan keluarga Nare. Memasuki 2021, mereka masih diselimuti dengan suasana keprihatinan. Cukup berat beban yang dirasakan Nare, sebagai kepala rumah tangga yang masih menyandang status 'job less' alias pengangguran. Status yang diterimanya sejak tujuh bulan yang lalu.
Tepatnya, 30 April 2020 dia dirumahkan oleh perusahaan akibat dampak pandemi Covid-19, kemudian di bulan Juni resmi di PHK. Ya... PHK secara sepihak oleh perusahaan dengan alasan yang mengada-ada menurutnya. Bagaimana mungkin seorang yang sedang dirumahkan bisa dinyatakan tidak memnenuhi kinerja yang telah disepakati sehingga harus di PHK.
Sepanjang tujuh bulan mereka hidup dari simpanan yang tidak seberapa dan bantuan saudara yang tentu tidak bisa diharapkan terus menerus. Bisa dibayangkan hanya mengandalkan simpanan yang tidak seberapa. Bukit sekalipun akan rata jika digali terus menerus. Kesedihan semakin lengkap setelah ibu tercintanya berpulang menuju rumah Bapa di sorga pada bulan Nopember dalam  usia 86 tahun. Dia meninggal dalam pelukan Nare, dia masih merasakan tiga kali tarikan napas terakhir sebelum menghembuskan kembali. Selama tujuh bulan Nare memberi makan pagi ibunya sambil memutar lagu-lagu pujian. Ibunya sudah terbaring hanya di tempat tidur dalam kurun dua tahun terakhir. Nare yang pimpin doa sebelum makan dan ibunya yang berdoa setelah selesai makan.Terbaring karena kondisi tua, kakinya tidak mampu menopang tubuhnya. Semua aktivitas dilakukan di tempat tidur. Kecuali untuk mandi dan harus buang air besar si ibu dibopong ke kamar mandi.
Pada malam pergantian tahun menuju 2021, keluarga Nare berdoa bersama tidak lagi bersama ibu seperti selama ini, karena ibu tinggal bersama dengan mereka karena hanya Nare dari anak-anak ibunya yang tinggal di Medan, anaknya yang lain semua di luar pulau Sumatera. Tidak ada canda ceria seperti pergantian tahun sebelumnya. Nare meminta maaf kepada anak dan isterinya atas kondisi yang harus mereka rasakan karena status yang disandangnya, 'job less'
Hari-hari memasuki 2021 dilaluinya dengan  melakukan kegiatan rumah yang sebelumnya tidak pernah dilakukan Nare karena kesibukan pekerjaan, untuk mengisi waktu pikirnya, selain  menghubungi beberapa teman-teman lama dan mencari kesempatan kerja melalui situs-situs yang ada. Namun belum ada respon. nare maklum, saat masa pendemi mana ada perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan, tapi aku terus mencoba.
Di samping usaha pencarian yang dilakukan, tiap malam Nare berdoa sendiri setelah semua keluarga tertidur, mohon petunjuk dan pengasihan Tuhan. Tidak terasa air matanya keluar setelah semua beban hati yang terasa berat ditumpahkan dalam kata-kata doa. Bahkan, dia sampai bersujud mohon ampun jika karena dosa atau kesalahanku sehingga berkat Tuhan menjadi terhambat. Demikian tiap malam hari demi hari dilakukannya dengan penuh ketekunan.
Nare meyakinkan dirinya sendiri, sesuai agama yang dianutnya, bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan jalan selalu rata, tapi Tuhan menjanjikan memberi kekuatan untuk mampu melewati persoalan maupun kesulitan yang dialaminya. Dia mengatakan, mintalah maka akan Kuberikan. Ketuklah maka pintu akan Kubukakan. Demikian firmanTuhan, Nare percaya dan meyakininya.
Sekitar awal bulan Mei, seorang kenalan yang sebelumnya sudah mengetahui status yang disandangnya, menghubungi melalui telepon. Dia berada di luar kota, dia menginformasikan bahwa salah satu kepala cabang perusahaan alat berat yang mereka kenal telah meninggal dunia akibat serangan jantung. Kebetulan pimpinan perusahaan alat berat tersebut memang sudah dikenalnya sejak beberapa tahun yang lalu, namun lama sudah tidak bertemu dan tidak ada komunikasi.
Keesokan harinya Nare menghubungi pimpinan perusahaan tersebut (sebut saja Dian), saling menanyakan kabar masing-masing. Dian menanyakan apa kegiatan Nare sekarang, dia jawab sedang kosong. Tanpa disangka, pimpinan itu minta Nare datang ke kantornya untuk ngobrol-ngobrol, demikian permintaannya. Nare mengiakan dan mereka sepakat dua hari kemudian bertemu di kantornya.