Kalender persegi panjang di dinding kamar tertempel kusut. Tanggal-tanggal hitam dan merahnya seolah tak beraturan. Saling mengisi tempat yang kosong untuk pengaktualisasian diri. Yang lain enggan berada pada tempatnya. Lebih suka berjejer diantara gambar pemandangan yang melengkapi kalender. Mereka seolah bosan dengan hiruk pikuk dunia dan monopoli manusia yang terlalu mengkeramatkan hari-hari tertentu sebagai moment terindah. Padahal setiap tanggal dan hari adalah pemberian terindah dari Pencipta jagat raya ini.
Tanggal yang paling dibenci oleh teman dan tetangga dari tanggal tersebut adalah tanggal empatbelas februari. Sebuah tanggal yang dikeramatkan oleh manusia sebagai hari kasih sayang. Tanggal dimana pada hari itu semua umat manusia cenderung memilih berbagai benda berwarna merah muda sebagai lambang kasih sayang dan diberikan kepada orang terkasih mereka. Bentuk imitasi sosial dari kebudayaan tertentu yang dilakukan orang.
Tanggal di sebelah kiri tanggal empat belas itu membalikan badan dengan angkuh. Ia seolah merasa iri bercampur rendah diri melihat tanggal di sebelah kanannya selalu dinantikan orang. Ia dan tanggal-tanggal yang lain merasa minder dan berusaha utuk menghilangkan tanggal empatbelas itu dari halaman penanggalan tempat mereka berada.
Beberapa tanggal yang lain berkompromi untuk mendeportasinya dari tempatnya berada. Mereka berkumpul pada tanggal di atasnya. Berdiskusi untuk itu. Komentar, pendapat dan sanggahan saling dilayangkan untuk menemui kata sepakat. Semua tanggal dengan sigap berlari kembali ke tempatnya semula ketika pintu kamar berderit. Ada yang masuk.
Seorang gadis berambut panjang terus menatap hari-hari pada kalender di dinding kamarnya tersebut. Jari-jari lentiknya meraih snowman merah di atas meja belajarnya. Dilingkari tanggal empatbelas februari. Wajah manisnya dengan polos menghadap ke cermin di sebelahnya. Beberapa gerakan alis mata, bola mata dan bibir di depan cermin kemudian menghadap lagi ke kalender tadi. Mulut mungilnya komat-kamit mengatakan sesuatu dalam hati. Ia menghitung hari untuk sampai ke tanggal keramat tersebut.
Ekspresi sedikit terkejut di wajahnya. Ia baru sadar kalau lagi satu hari lagi dunia akan sampai pada tanggal yang dinantikan oleh setiap pasangan yang tengah dimabuk cinta tersebut. Dengan sigap ia mengambil secarik kertas dari buku catatan hariannya. Dituliskan beberapa keperluan yang akan dia beli sore nanti di supermarket dekat rumahnya menjelang tanggal yang sangat ia nantikan tersebut.
Senyum terus mengembang di bibirnya, sambil sesekali melirik tanggal pada kalender di dinding kamarnya. Tanggal dimana setahun yang lalu ia menerima cinta dari seorang pria teman kuliahnya. Teman yang sekarang menjadi pacarnya itu namanya Nando. Lelaki yang juga dikenal kalem dan ganteng diantara lelaki satu angkatan mereka.
Di simpannya kembali Handphone di atas meja. Ia baru selesai menelpon pacarnya untuk bertemu besok sore di tempat biasa mereka bertemu. Kado berbentuk kubus berwarna merah muda telah mantap ia siapkan, sekembalinya dari supermarket tadi sore.
Sungguh, sebuah rasa yang tidak bisa dilukis lewat kanvas para pelukis. Rasa antara memperingati satu tahun resmi mereka berpacaran dan juga dalam rangka hari kasih sayang yang sangat ditunggu semua orang. Hendaknya tak mau menuggu jam-jam yang akan berlalu itu.
---oo0oo---
Hari itu gerimis menyinggahi kota itu. Tetes-tetes kristal membasahi dahaga bumi yang sudah seminggu haus akan curahan rahmat cair dari langit tersebut. Orang-orang masih sibuk hilir mudik di keramain kota itu. Beberapanya terlihat santai tak takut basah mengganti pakaian mereka yang neces berseterika. Yang lain tampak gugup, berlari meninggalkan jalanan menuju beberapa tempat di pinggir jalan untuk berteduh.