Mohon tunggu...
Pangeran Fen
Pangeran Fen Mohon Tunggu... lainnya -

Sosok Manusia Pria yang berprinsip pada kebenaran yang hak, yaitu kebenaran yang telah Tuhan Ajarkan dan sudah menjadi ketentuan paten bin pakem.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penerapan kebenaran hidup dan kehidupan antar sesama dan antar diri, alam dan Tuhan.

15 Mei 2012   16:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:15 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Cinta kasih kepada seluruh saudara saudari Ku tanpa terkecuali. Dalam kehidupan kita tentu dan pastinya kita semua merasakan yang namanya hidup serasa di atas, di tengah, atau dibawah. semua itu tidak lepas dari keterkaitan fikiran dan rasa diri kita yang menilainya. Bukan harta atau kedudukan yang menjadikan patokan atas semuanya. Orang lain boleh menganggap kita sukses karena sudah mempunyai harta yang banyak dalam skalanya, namun tidaklah mustahil fikiran dan rasa kita masih tidak stabil( masih merasakan ketidak tenangan dan ketidak nyamanan rasa dan fikiran). Setiap rasa dan fikiran kita diwajibkan lepas( takterbatas sudutpandang apapun) karena hakekatnya manusia mempunyai daya fikir dan rasa yang tak terbatas apapun, tergantung diri masing masing dalam menyikapi apapun yang hadir dan keluar dari diri kita. Bukalah mata, bukalah pendengaran, bukalah fikiran, bukalah rasa kita dan lihatlah kembali kepada diri kita.dan tanyakanlah kepada diri kita, siapa kita ini? apa yang harus kita lakukan di bumi ini, untuk apa tuhan menciptakan diri kita?, sungguh semua ini masih dalam fenomena wacana yang hanya sang inti yang paham dan memahami hakekatnya. Namun kenapa kita semua terkaadang lupa akan semua itu?, apa yang membuat kita semua lupa akan hakekat diri dan langkah2 yang wajib kita terapkan di bumi ini. Tuhan telah memberikan bumi dan segala fasilitasnya yang tak terbatas secara gratis(kalau di patok oleh uang)kepada manusia untuk di tempati dan dikelola seindah dan semenarik mungkin sesuai dengan keinginannya. Namun kalau kita lihat fakta realitanya saudara saudari ku semua, apakah semua itu sudah terimplementasi kepada seluruh manusia ?, saya jawab tidak!. dan saya pun akan memberikan alasan yang logis atas semua realitanya yaitu: kalau kita perhatikan secara sadar dan tanpa kita membeda2kan satu sama lain sebagai makluk tuhan yang wujudnya sama yaitu manusia, mengapa sesama manusia kita saling bertikai, salaing merebut, saling acuh dan saling membunuh. Sungguh semua itu sangatlah diluar hak dan kuasa manusia yang seharusnya sesama manusia kita saling melengkapi dan saling keterkaitan satu sama lain nya. Manusia memberlakukan aturan2 yang dimana aturan2 itu tidak mustahil membelenggu dan menghukum antar sesama nya. Manusia membangun kekuasaannya yang intinya untuk menindas satu dengan yang lainnya. Kenapa, kenapa kita tidak saling berjabat tangan dan saling berpelukan, Bukankan terlihat indah kalau semua itu saling menerapkan. setiap saya berjalan dan melewati pedesaan, perumahan, komplek, perkotaan dll, yang kulihat dari setiap rumah tinggal nya di kelilingi oleh pagar2 yang tinggi dan dilengkapi dengan paku atau besi yang tajam di ujung nya, apakah itu layak dinamakan rumah!,bukankah hakekatnya semua itu adalah penjara bagi diri2 nya yang menempati. karena rasa takut, cemas, waswas dll masih menghantui rasa dan fikirannya, satu sama lainnya tidak saling bertegur sapa, satu tembok pun tidak saling kenal, lalu apa yang manusia inginkan dalam hidupanya. dan yang lebih sadis lagi terkadang manusia menghargai dan menghormati sesama nya dengan melihat materi( uang, rumah mewah, mobil mewah yang dianggapnya mewah) namun jikalau manusia melihat saudaranya yang tidak berharta, maka tidaklah mereka melihatnya sebagai saudara sesama manusia minimalnya. manusia telah dibutakan dengan kekuasaaan, harta, dan mainan yang diciptakannya sendiri, sehingga manusia lupa akan hakekat jati diri nya sebagai peminpin , pengendali, penguasa, dan pengatur atas diri dan bumi yang di tempatinya.  sesungguh nya masih banyak lagi kalau semua nya diungkapkan saudara saudari ku yang tercinta dan terkasih. Semua penyakit itu adalah meruapakan rasa dan fikiran negativ  yang timbul dari diri2 nya yang menghantam diri2nya pula. Buanglah rasa negativ yang ada pada fikir dan rasa kita terhadap diri dan orang lain, karena semua itu dapat menghukum rasa dan fikir kita yang nikmat dan surgawi. marilah kita semua menyadari betapa meruginya kalau semua itu melanda diri2 kita semua. Bangkitkan rasa dan fikir yang sadar sesadar2nya. dan marilah kita melihat realitanya kehidupan ini. kayakanlah jiwa2 kita, kayakanlah nyawa2 kita, kayakanlah rasa dan fikiran kita sehingga kita dapat merasakan sesungguhnya nikmat hidup ini sebagai surga nyata di bumi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun