Mohon tunggu...
Pangeran Mns
Pangeran Mns Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia, Negara yang Kehilangan Arah Akibat Melupakan Sejarah

11 Juni 2018   14:06 Diperbarui: 11 Juni 2018   14:23 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai kau pemuda-pemudi Indonesia,apakah kalian mengetahui berapa jumlah nyawa yang hilang dalam peperangan mengusir si penjajah itu?berapa jumlah harta yang keluar dalam perjuangan membiayai peperangan itu tadi? berapa tetesan air mata,keringat dan darah yang membasahi bumi Indonesia ini dalam pergulatan fisik maupun fikiran untuk melenyapkan mereka yang ingin memperbudak bangsa kita dan mengambil kekayaan alam yang ada di dalamnya? Lalu apakah kalian memahami pelik dan getirnya proses terbentuknya negara republik Indonesia ini yang harus menempuh jutaan lika-liku dan jurang dalam tujuannya mencapai sebuah kemerdekaan yang hakiki.

Ialah mereka para foundhing fathers dan mothers yang berjuang,yang berkorban,yang melawan mereka si penjajah-penjajah itu, 350 tahun negeri kincir angin menghancurkan negeri atlantis yang terang benderang ini dan mengubahnya menjadi negeri yang gelap gulita seperti malam tanpa bulan dan bintang, kemudian disusul 3,5 tahun negeri dewa matahari itu meluluhlantahkan negeri beribu pulau yang kaya raya ini dan mengubahnya menjadi negeri yang bahkan sulit mencari sebutir nasi.

Ialah mereka para foundhing fathers dan mothers yang dengan semangat mereka memerdekakan Indonesia maka sampailah mereka pada saat yang berbahagia dimana 17 agustus 1945 merupakan titik awal daripada perjuangan mereka dalam upayanya memakmurkan dan mensejahterakan bangsa Indonesia itu sendiri.

Namun, perlu disadari bersama bahwa 17 agustus 1945 bukanlah akhir dari pada perjuangan, 17 agustus 1945 bukanlah tanda berakhirnya sebuah perjuangan revolusi. melainkan, 17 agustus 1945 adalah sebuah dimensi untuk menghubungkan penderitaan menuju kebahagiaan. 17 agustus 1945 adalah sebuah starting point untuk mencapai apa yang di cita-citakan oleh segenap bangsa Indonesia itu sendiri sejak ratusan tahun silam. Apa yang dilakukan para founding fathers dan mothers hanyalah sebatas ingin melihat anak cucu keturunan mereka dapat hidup lebih baik dibanding mereka. karena dengan kondisi yang demikian, para foundhing fathers dan mothers tidak perlu melihat keturunan mereka hidup dalam ketertindasan sebagaimana yang mereka rasakan saat dahulu kala.

Dan sungguh sedih dan kecewalah mereka saat ini ketika melihat realitas yang terjadi di bumi yang pernah mereka perjuangkan ini lebih hancur di banding dengan masa mereka sendiri. Sudah bukan menjadi rahasia umum jika anak cucu keturunan mereka saling berebut kekuasaan,saling serang dan saling bunuh untuk mendapatkan harta dan tahta. Anak cucu keturunan mereka pun hidup dalam kepasrahan,mati segan hidup pun tak mau. Setiap hembusan nafas dan setiap langkah kaki yang berderap bukanlah untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan atau diharapkan para founding fathers dan mothers yang pernah berjuang serta berkorban untuk mencapai kemerdekaan sebagai titik awal daripada kemaslahatan anak cucu mereka itu sendiri.

Sekarang ini anak cucu keturunan mereka seolah melupakan sejarah perjuangan dan pengorbanan para pahlawan yang sudah gugur itu dan sibuk mencari kebahagiaan masing-masing di negara yang sudah dianggapnya merdeka. Generasi saat ini merasa tidak memiliki tanggungjawab untuk meneruskan apa yang sudah diperjuangkan dan dikorbankan para pahlawan dalam menghancurkan segala bentuk penjajahan serta penindasan. 

Globalisasi secara tidak langsung membentuk karakter generasi muda untuk apatis dan atau skeptis terhadap kajian historis negara ini dalam upayanya untuk menjadikan negera ini merdeka dan berdaulat. justru fenomena globalisasi saat ini telah mendorong si kapitalis semakin berkuasa di bumi Indonesia ini yang dari sejak zaman dahulu sudah menjadi musuhnya para founding father dan mothers.

Bahkan, generasi penerus yang saat ini duduk di kursi kekuasaan justru menyambut kedatangan para penjajah itu yang dikemas oleh kedok investasi dan atau kerjasama internasional sebagai suatu langkah taktis untuk membantu mereka melanjutkan bentuk penjajahan baru dalam kerangka neo-imprealisme dan kolonialisme. Adanya regulasi terkait dengan privatisasi BUMN, kemudahan dalam berinvestasi serta aturan mengenai impor tenaga kerja asing adalah contoh diantara sekian banyak kebijakan yang menjadikan negera indonesia sebagai sapi perah dunia internasional.

Sungguh sedih dan kecewalah para foundhing fathers dan mothers KETIKA SEMANGAT NASIONALISME DAN PATRIOTISME ANAK CUCU KETURUNAN MEREKA HILANG DI GERUS OLEH ARUS ZAMAN YANG SEMAKIN INDIVIDUALISTIK DAN MATREALISTIK. Si kapitalis yang pernah jadi musuh bebuyutan para foundhing fathers dan mothers dapat bernafas lega saat ini setelah mendapatkan perlawanan dari para foundhing fathers dan mothers dengan didasari oleh kecintaan serta kasih sayangnya pada negeri yang gemah ripah loh jinawi ini. Kebebasan si kapitalis dalam bernafas saat ini bukanlah tanpa sebab,melainkan rakyat sendirilah yang melepaskan belenggu si kapitalis itu dengan menjadi masyarakat konsumtif dan menjadikan segala aspek yang berkaitan dengan barat sebagai role model di negeri ini.

Generasi saat ini melihat bahwa gaya hidup barat sebagai bentuk ke modernan yang harus terus diikuti untuk tetap mencari eksistensi. Fashion dan Food ala barat menjadi 2 aspek yang dminati oleh generasi muda dalam pergaulan hidup sehari-hari. Mereka yang hidup di era millenial sudah tidak akan lagi membahas suatu sistem ekonomi atau aktor dibalik globalisasi ketika menikmati hasil produk budaya atas gaya hidup orang barat yang terbuka lebar di negera ini.

Mereka lupa bahwa kemerdekaan yang di perjuangkan para founding fathers dan mothers bukanlah kemerdekaan untuk si kapitalis yang tersenyum lebar saat rakyat indonesia membeli produknya.

Generasi penerus indonesia tidak memahami jika esensi dari kemerdekaan itu adalah melenyapkan dominasi kapitalis sehingga kemerdekaan itu dapat menjadi titik awal untuk bangsa Indonesia sendiri dalam menggapai sebuah cita-cita agung nan suci yaitu sejahtera,makmur adil serta sentosa. Bukan miskin, kelaparan, menganggur dan menderita. Sungguh sedih dan kecewalah para foundhing fathers dan mothers jika realitas kehidupan yang ada saat ini adalah demikian. 

Oleh karenanya kita sebagai manusia yang sadar dan faham haruslah meneruskan REVOLUSI itu,karena revolusi memang belum selesai,dan merdeka bukanlah sebuah tujuan. Selama masih ada seorang ibu yang masih sulit memberikan asi kepada anaknya,itu berarti perjuangan belum berakhir,itu artinya revolusi masih belum usai.

Sadarlah hai kau pemuda-pemudi Indonesia,karena kau hidup bukan hanya untuk dirimu saja,karena kau sukses bukan hanya untuk dirimu saja, berikanlah hidup dan kesuksesanmu untuk seluruh bangsa Indonesia,untuk negerimu dan untuk generasi setelahmu agar para foundhing fathers dan mothers tidak bersedih hati dan kecewa pada kita sebagai generasi penerus yang akan menentukan ke arah mana negeri ini harus berjalan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun