Gayus Halomoan Tambunan, Cirus Sinaga, Raja Erizman, Panda Nababan, Adnan Buyung Nasution, Tumpak Hatorangan Panggabean, Ruhut Sitompul, Todung Mulya Lubis, Miranda S Goeltom, Marsillam Simanjuntak, Raden Pardede, Maruarar Sirait, selama beberapa waktu ini telah tampil di panggung pemberitaan nasional.
Sungguh mengagumkan hasil kemajuan pola berpikir yang bahkan menjadi budaya saudara-saudara kita di Sumatera Utara tentang perlunya pendidikan tinggi bagi generasi penerus. Mereka tidak pernah merasa malu apabila miskin, tetapi malu apabila anaknya tidak mampu bersekolah minimal Sarjana !
Ada seorang ibu yang datang dari Sumut ke Bandung yang menangis keras dan hampir menyembah seorang dosen, ketika diberitahukan kepada ibu itu bahwa anaknya kemungkinan tidak bisa melanjutkan studi karena masalah psikologis. Si ibu menjanjikan kesanggupannya untuk merawat anaknya asalkan anaknya tetap bisa kuliah.
Hal seperti ini sungguh positif bagi anak dan orang tuanya. Bahkan bagi kemajuan daerah hingga bangsa ini.
Tetapi hal ini juga ditangkap sebagai peluang emas oleh beberapa oknum yang sudah menjadi koruptor entah di Medan ataupun Jakarta atau di mana pun untuk membiayai pendidikan seseorang hingga ke jenjang manapun untuk di kemudian hari bisa menjadi pelindung mereka di ranah hukum atas dasar balas budi. Bahkan bisa juga bersama-sama bermitra untuk mengerjakan apa pun yang bernuansa kolutif hukum dan korupsi lagi di manapun yang dimungkinkan. Bahkan hingga 20-30 tahun ke depan pun, mereka siap menunggu, bila perlu sampai diteruskan oleh anak-anak si penyandang dana (patron)nya.
Si anak yang dibiayai akan sangat bangga bila berhasil, yang jamaknya ditandai dengan kelimpahan materi. Sudah umum diketahui bahwa mereka yang berhasil adalah yang berprofesi di bidang hukum sesuai dengan bakat alam yang dimiliki oleh banyak orang di Sumatera Utara. "Ini Medan bung!" adalah frase yang tepat tentang bakat alam mereka.
Pengacara sebagai sumber penghasilan yang deras, tidak diragukan lagi mengingat semakin kompleksnya masyarakat yang sangat rawan berperkara dan bertikai, apalagi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Masuk Kejaksaan juga bisa menjadi sasaran jalan pintas bagi mereka yang ingin cepat kaya. Siapapun yang berperkara dan kena tuntutan, pasti menghubungi mereka entah demi keringanan atau pembebasan, sebelum di level mana pun langkah-langkah peradilan beranjak. Contoh mutakhir: Cirus Sinaga yang sedang diperiksa keterlibatannya pada pembebasan Gayus di pengadilan Tangerang.
Yang lebih hebat cepat kaya bila masuk ke sektor Perpajakan, apalagi yang berhubungan langsung dengan wajib pajak. Dengan contoh mutakhir : Gayus Tambunan.
Akan semakin banyak tokoh pemberitaan yang berasal dari Sumatera Utara apabila kasus pembersihan negara ini terus bergulir. Di setiap level penyelenggaraan negara. Yang satu pihak tersangka-nya, yang satu pihak pembela-nya. Di setiap episode.
Bravo Sumatera Utara !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H