Mohon tunggu...
Pandu Widarwoko
Pandu Widarwoko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis lepas

Dikit-dikit lama kelamaan menjadi bukit

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kelimbungan Semusim Macan Kemayoran

14 April 2024   22:07 Diperbarui: 14 April 2024   22:24 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liga 1 2023/2024 menjadi musim berat Macan Kemayoran dengan rentetan masalah. Masalah ini sebetulnya tidak dialami musim ini saja.

Jika kita flashback, satu dekade Persija Jakarta di Liga Indonesia permasalahan tim orange ini selalu ada. Namun musim ini serasa cukup pelik sebab berdatangan secara bertubi-tubi. 

Kita lihat kurun waktu satu dekade terakhir berarti sejak era Indonesia Super League (ISL) 2013, 2014, Qatar National Bank League (QNB League 2015), Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016 hingga era Liga 1 2017-sekarang. Problem paling umum sepakbola Indonesia adalah finansial atau gaji pemain maupun official pelatih. 

Contoh paling dekat adalah kasus Marko Simic 2022 lalu, yang heboh dijagat maya. Penyerang berkebangsaan Kroasia tersebut mengaku tidak dibayarkan gajinya selama semusim melalui unggahan Instagram pribadinya. Bahkan Simic pun melaporkan klubnya ke induk sepakbola dunia FIFA.

Belum lagi sepakbola kita yang cukup unik, seringkali kompetisi berhenti di tengah jalan. Berbulan-bulan bahkan setahun lebih pernah dialami karena insiden eksternal ataupun internal yang membuat finansial klub membengkak.

Kendati demikian, problem klub besar berbasis di Jakarta ini semakin membesar pertahun ini. Kurang lebih penulis sebutkan di bawah ini.

1. Kapal Oleng Awal Musim

Setelah Liga 1 2022/2023 usai di mana tim asuhan Thomas Doll berhasil bercokol di posisi ke-2 klasemen. Hasil itu membuat puas manajemen dan Jak Mania sebab target musim itu yakni 5 besar Liga telah terlampaui.

Kesuksesan itu dibayar mahal dengan hengkangnya beberapa bintang lokal dan asing. Michael Krmencik, Abdulla Yusuf, Hanno Behrens dan pemain lokal Osvaldo Haay merupakan beberapa nama yang keluar. Ketiga pemain asing memilih mundur dari skuad dengan pertimbangan kondisi fisik dan adaptasi cuaca. Posisi itu mengharuskan Persija harus segera mencari pengganti yang sepadan sebelum Liga 1 2023/2024 dimulai.

Dalam beberapa keterangan Thomas Doll kerap menyatakan bahwa ia membutuhkan duet striker asing pengganti Yusuf dan Micha. "Ya kami sudah diskusi, kami butuh penyerang," (sumber: Tribunnews/Alfarizy).

Namun justru pergerakan Persija sangat lamban dalam mendatangkan amunisi anyar hingga jendela transfer periode 1 ditutup. Alhasil Persija hanya menambah 2 pemain lokal dan 4 pemain asing. Ke enam itu di antaranya, Rizky Ridho, Akbar Arjunsyah (Bek tengah), Maciej Gajos, Ryo Matsumura (Gelandang serang), Oliver Bias (Sayap) dan Marko Simic (Penyerang).

Duet penyerang keinginan Doll tidak diwujudkan manajemen, sekaligus tim Liga 1 Indonesia satu-satunya yang tidak melengkap kuota 6 pemain asingnya. Hal itu memicu fans gregetan di media sosial terhadap manajemen.

Lalu pada awal Juli 2023 manajemen Persija memberikan official statement terkait masalah ini melalui akun resmi klub. Dalam inti bertuliskan kondisi kapal yang terkena badai finansial. Bermula dari Tragedi Kanjuruhan, kehilangan partai kandang karena sistem bubble, dan paling serius adalah mundurnya sponsor klub.

Terhentinya Liga sangat berdampak pada kestabilan finansial, sebab rerata klub Indonesia masih terlalu mengandalkan dana dari sponsor. Ketakutan terbesar jika terlalu terpaku pada dukungan sponsor adalah terjadinya penghentian Liga seperti 2015, 2020 dan 2022.

2. Isu Gaji Pemain

Isu ini sebenarnya hampir tiap klub pernah mengalami, Persija salah satunya. Faktor tunggakan gaji pemain Persija musim ini mungkin imbas dari gagalnya manajemen dalam pengelolaan anggaran.

Faktor pertama, per tiga tahun ini Macan Kemayoran termasuk jor-joran dalam mendatangkan pemain. Namun tidak melihat kondisi iklim sepakbola Indonesia yang unik itu, Liga macet sponsorpun kabur. 

Faktor kedua, pemain lokal kualitas biasa, namun diimingi gaji selangit. Bahkan gaji pemain lokal dibanding pemain lokal lebih tinggi daripada yang berkiprah di luar negeri. 2020 dan 2022 Persija bisa dikatakan mendatangkan pemain top harga selangit sebut saja Marc Klok, Evan Dimas, Osvaldo Haay, Hanno Behrens, Michael Krmencik. Sangat disayangkan mereka datang dengan harga mahal, namun Liga tidak bergulir dan berimbas ke sponsor.


3. Banned FIFA

Setelah kasus Marko Simic clear, Persija kembali dihantam masalah dengan FIFA. Bukan soal tunggakan gaji, melainkan proses transfer pemain awal musim.

Digadang-gadang permasalahan ini ditengarai transfer gelandang asal Jepang Ryo Matsumura. Sebetulnya dalam pemberitaan, pendatangan Ryo melalui skema tebusan dan kontrak 3 musim dari BG Pathum. Namun akhirnya terjawab sudah, FIFA secara resmi melayangkan informasi Persija terkena sanksi.

Sanksi tidak main-main, Macan Kemayoran mendapat sanksi hingga awal 2027 tidak dapat melakukan aktivitas transfer pemain. Salah satu pukulan telak kepada manajemen Persija dan mendapat desakan dari Jak Mania.

Pada akhirnya manajemen memberikan statement bahwa Persija akan segera menyelesaikan masalah tersebut agar sanksi tersebut dicabut. Kuncinya adalah menyelesaikan pembayaran ke klub Liga Thailand BG Pathum.


4. Papan Bawah Langganan Tim Nasional

Thomas Doll tengah dipusingkan terkait agenda timnas Indonesia di ajang Piala Asia u23 2024. Persija yang sedang berjuang menjauh dari zona merah harus kehilangan 5 pilar utamanya. Dony Pamungkas, Muhammad Ferarri, Rizky Ridho, Rayhan Hannan dan Rio Fahmi dipanggil timnas di saat genting ini untuk bermain tanggal 15 April 2024. 

Awalnya Doll enggan melepas pemain mereka di luar agenda FIFA, namun PSSI dan LIB sengaja meliburkan Liga selama ajang tersebut. Seusai klub melepas pemain, LIB dengan kesewengnya menyebarkan jadwal Liga 1 yang bergulir kembali pada 15 April 2024.

Entah disengaja atau tidaknya oleh PSSI dan LIB, seolah main mata untuk mengelabui klub yang enggan melepas pemain. Secara peraturan klub memiliki mayoritas kewenangan untuk melepas dan menahan pemain, sebab mereka memiliki kontrak dan gaji kepada pemain tersebut.

Dan yang paling unik adalah pemanggilan 5 pemain Persija Jakarta. Mengingat saat ini Persija berada di papan bawah dan kesulitan meraih kemenangan justru klub paling banyak melepas pemain ke tim nasional.


Mungkin posisi Persija di papan bawah difaktori oleh kondisi internal yaitu masalah finansial. Seperti yang penulis tulis dari empat sub permasalahan Persija. Mulai dari sponsor hingga gaji, memang secara psikis kondisi keuangan itu dapat mempengaruhi kinerja. Mengingat pemain adalah seorang pekerja untuk menafkahi dan mencukupi keluarganya.

Masukan untuk klub, dalam perekrutan pemain baru lebih baik lihat kondisi keuangan tim, lebih baik sesuai kebutuhan daripada kelabakan.

#GuePersija

#OpiniGue


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun