Halo kompasianer, ini tulisan pertama saya. Salam kenal :)
Apakah kamu menyadarinya?
Kehadiran web 2.0 menciptakan ledakan data di dunia internet. Tidak hanya orang-orang dengan otoritas tertentu yang bisa mempublikasikan sesuatu; Semua orang bisa mengutarakan isi pikiran mereka, ide mereka, hasil karya mereka, tulisan mereka di internet. Yes, kompasiana adalah platform web 2.0.
Pendidikan* pun berubah menjadi sesuatu yang murah dan mudah didapat melalui internet. Tanya diri kamu sendiri, tanya teman kamu, apakah mereka pernah belajar melalui internet? Saya yakin pernah.
* non-formal
Krisis!
Ledakan tersebut tidak stop dan berjalan di tempat; malah sebaliknya. Efek ledakan data berkembang pesat secara exponensial.
Karena hal itu kita sempat berada di status krisis........... kebanyakan informasi!
Kita memerlukan pahlawan; Pahlawan yang bisa mensortir semua data ini.
Untungnya, banyak yang mencalonkan diri. Pahlawan palsu dibuang dan pahlawan sejati dipuji-puji. Semua pahlawan sejati memiliki kriteria khusus: bisa memberikan relevansi.
Semakin bertambah umur,
dunia web menjadi semakin hebat dalam menemukan cara untuk menciptakan relevansi. Ada begitu banyak hal dan data yang ada di dunia internet. Apakah semuanya ada hubungannya dengan kita? Tidak. Kita hanya mau sebagian kecil dari data-data yang ada di internet. Mengapa? Karena memang hanya hal-hal tersebut yang menarik untuk kita. Mengapa menarik? Karena hal tersebut relevan dengan kita.
Ambil contoh search engine
Fungsi utama dari search engine adalah sebagai filter yang membantu menyaring begitu banyak data yang ada di dunia internet. Bayangkan berapa lama waktu yang kamu perlukan untuk menemukan informasi yang kamu cari tanpa search engine. Seharian? Seminggu? Mungkin kamu bahkan tidak akan pernah tahu di mana informasi yang kamu cari-cari tersebut berada.
Tapi dengan search engine? Kurang dari setengah detik dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu cari.
Google adalah search engine yang paling populer bukan karena umurnya yang paling tua, tapi karena hasil yang diberikan (biasanya) sangatlah relevan dengan apa yang dicari. Terkadang saya merasa google bisa membaca pikiran saya ketika saya sedang mencari informasi karena hasil yang diberikan luar biasa tepat. It's amazing.
Relevansi Relevansi Relevansi!
Dunia web sekarang ini makin terobsesi dengan relevansi. Kita tahu betapa keras usaha Google untuk tidak henti-hentinya mengutak-atik algoritmanya agar hasil cari yang diberikan semakin relevan dengan kata pencarian.
Aplikasi aggregator juga digunakan untuk membentuk "koleksi" pribadi untuk sumber informasi yang setiap penggunanya rasa relevan. Begitu mereka menemukan sumber yang mereka kira bagus, mereka masukkan ke dalam aggregator pribadi. Jadi sekarang atensi mereka bisa dipakai hanya untuk item-item yang ada di dalam aggregator tersebut. "Ngapain buang-buang waktu di luar sana, lah wong yang saya perlukan sudah ada di dalam koleksi saya kok."
Relevansi memang penting, tetapi..
Terkadang saya berpikir, memang masuk akal untuk menghabiskan waktu dengan hal-hal yang relevan dengan kita. Tapi apakah ini sepenuhnya kondusif untuk perkembangan kita ke depannya nanti?
Begitu banyak fasilitas dunia maya untuk mendapatkan hal-hal yang kita anggap relevan. Begitu mudahnya kita bisa mengakses aplikasi-aplikasi tersebut. Kita seakan-akan dituntun untuk menjadi lebih sekuler setiap harinya.
"Ini adalah berita yang saya inginkan, peduli amat dengan berita yang lainnya."
Why? Mengapa budaya kita semakin condong untuk menjadi obssessed dengan relevansi? Ada begitu banyak hal yang menarik di luar sana. Mungkin tidak relevan dengan kita, tapi bukan artinya hal tersebut tidak menarik.
Coba kita buka mata: teman-teman di facebook kita mungkin menarik untuk kita semua.. Saking menariknya sehingga kita hanya menghabiskan waktu dengan mereka melalui perangkat BlackBerry kita ketika kita duduk di bus / kereta ketika kita pulang kerja. Kita tidak tahu dan tidak menyadari bahwa ada seseorang yang begitu sarat pengalaman hidup duduk di sebelah. Seseorang yang kemungkinan besar memiliki perjalanan hidup yang beda dengan kita dan sudah melihat hal-hal yang belum pernah kita alami sebelumnya. Orang itu duduk persis di sebelah kita dan bisa kita akses dengan mengucapkan "halo". Tetapi kita lebih memilih untuk membuka BB kita, klik sana sini tunggu loading, dan @ reply status teman kita di twitter.
Mengapa relevansi malah menjadi tembok pemisah antara kita dan lingkup kita dengan dunia di luar sana? Mengapa hanya surfing-surfing ke blog yang seputar bidang yang kamu suka saja? Mengapa hanya mengunjungi situs fashion saja? Mengapa tidak berkunjung ke situs yayasan cinta anak bangsa?
Buka batasan relevansi kamu dan mulailah mengamati, mengapresiasi bidang-bidang yang kamu belum pernah sentuh sebelumnya
Relevansi tidaklah jelek dan sangatlah penting! Tapi jangan sampai kita lupa dengan hal-hal lain di luar sana. Ada banyak hal-hal yang sebenarnya menarik hanya saja kita belum pernah memberikan waktu untuk mencoba memberikan cukup apresiasi agar kita bisa melihat relevansi dari hal tersebut dengan kita.
Mari kita bertumbuh-kembang dan memasukkan hal-hal yang baru ke dalam horizon relevansi kita setiap harinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H