Mohon tunggu...
Pandu Setiawan
Pandu Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Inventor ; Unreal ein Pionier at CV. Pionir Akselerasi Sejahtera

Seorang Pionir Ketidakmungkinan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lamunan di Hari Ibu

22 Desember 2024   11:52 Diperbarui: 22 Desember 2024   11:52 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibusumber ; https://pin.it/1Yj3MLS3

Ada yang memanggilnya "Ibu" dengan penuh hormat, ada yang dengan bisikan lembut, ada pula yang hanya menyebut dalam hati. Ibu adalah kata yang sederhana, tetapi tidak semua sosok yang kita panggil ibu selalu menjalankan peran sesuai bayangan sempurna. Mungkin ada kekecewaan, mungkin ada luka, namun satu hal tak bisa kita sangkal: ibu tetaplah ibu.

Ibu dalam Segala Wujud

Ibu, dalam gambaran ideal, adalah sosok yang melahirkan, mendidik, dan merawat dengan cinta tanpa batas. Namun, kehidupan tidak selalu menciptakan cerita yang sempurna. Ada ibu yang terpaksa menjauh karena keadaan, ada yang tak mampu memenuhi harapan, dan ada pula yang kehilangan arah dalam perjalanan menjadi ibu.

Dilema ini tak hanya dirasakan oleh anak, tetapi juga oleh mereka yang memikul panggilan "ibu". Tidak semua perempuan yang menjadi ibu pernah diajarkan bagaimana menjalani peran tersebut. Tuntutan sosial, tekanan batin, hingga luka masa lalu sering kali membuat perjalanan mereka jauh dari kata mulus.

Dilema yang Tak Terucapkan

1. Menjadi Ibu dalam Kekurangan
Ada ibu yang berjuang dalam kemiskinan, mencoba memberi yang terbaik meski hidup tak memberi mereka banyak pilihan. Dalam keterbatasan itu, mereka tetap berdiri, meski sering kali jatuh tanpa ada yang tahu.

2. Ibu yang Tidak Sempurna
Tidak semua ibu tahu bagaimana mencintai dengan cara yang benar. Ada yang menyakiti tanpa sadar, ada yang gagal menjadi tempat perlindungan. Namun, di balik kekurangan itu, mungkin mereka juga menyimpan kesedihan yang tak pernah mereka ceritakan.

3. Ibu yang Kehilangan Dirinya
Dalam proses memberi segalanya untuk anak-anak, seorang ibu sering kali kehilangan dirinya sendiri. Ia lupa bagaimana bermimpi, bagaimana bahagia, dan bagaimana mencintai dirinya sendiri.

Ibu Tetaplah Ibu

Meski tidak semua ibu mampu menjadi sosok sempurna, kita tidak bisa mengingkari keberadaan mereka dalam hidup kita. Ibu adalah bagian dari siapa kita hari ini---baik melalui kasihnya yang nyata maupun pelajaran dari luka yang ia tinggalkan.

Mungkin kita pernah kecewa. Mungkin kita pernah berharap sosok yang berbeda. Namun, ibu tetaplah ibu. Dalam segala kekurangan dan kelebihannya, ia adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup kita.

Memaknai Ibu dengan Cara yang Berbeda

1. Menerima Ketidaksempurnaan
Tidak ada ibu yang sempurna, seperti tidak ada anak yang sempurna. Belajar menerima ketidaksempurnaan mereka adalah langkah awal untuk memahami bahwa cinta mereka mungkin hadir dalam bentuk yang berbeda.

2. Mencari Pemahaman
Di balik sikap atau keputusan mereka, selalu ada alasan. Mencoba memahami cerita mereka---baik yang diucapkan maupun yang tersembunyi---membuka jalan untuk melihat mereka dari sudut yang lebih manusiawi.

3. Memberi Maaf, Jika Perlu
Bagi yang merasa terluka, memaafkan bukan berarti melupakan. Memaafkan adalah cara untuk membebaskan diri dari rasa sakit, sekaligus memberi kesempatan kepada ibu untuk menjadi lebih baik.

4. Menghargai yang Telah Ada
Jika ibu telah berjuang dengan caranya sendiri, meski jauh dari sempurna, itu tetaplah usaha. Berterima kasih atas apa yang telah ia lakukan, sekecil apa pun, adalah bentuk penghargaan yang tulus.

Cinta yang Tak Akan Pernah Hilang

Ibu, dalam segala wujudnya, adalah bagian dari perjalanan hidup kita. Mungkin ia sosok yang sempurna, mungkin tidak. Mungkin ia hadir sebagai pelindung, mungkin hanya sebagai bayang-bayang. Namun, cinta seorang ibu, meski sering kali tak terucap atau bahkan terlihat, tetap mengalir dalam darah kita.

Pada akhirnya, ibu tetaplah ibu. Sosok yang, dalam segala dilema dan kekurangannya, telah memberi kita kehidupan. Dan kehidupan itu adalah hadiah yang tidak ternilai.

Hari ini, mari kita panggil mereka dengan segala ketulusan, bukan karena mereka sempurna, tetapi karena mereka adalah ibu kita---dalam segala bentuk, dalam segala cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun