Mohon tunggu...
Pandu Rizki Aji
Pandu Rizki Aji Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Saya tidak setuju dengan apa yang Anda katakan, namun saya akan membela hak Anda untuk mengatakannya." - Voltaire

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Apakah AI Bisa Kita Tipu?

30 Mei 2024   18:26 Diperbarui: 30 Mei 2024   18:53 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Apakah AI bisa Kita TIPU?

          Kita tahu saat ini AI menjadi bagian yang hidup diantara kehidupan kita. Apapun yang kita butuhkan dalam konteks karya, bisa dengan mudah diperbantukan. Keadaan saat ini bisa kita pandang sebagai utopia bagi kalangan pro teknologi. Sedangkan bagi kalangan seniman, sastrawan, maupun humaniora tentu AI bisa jadi menjadi dystopia. Bisa jadi kejadian dystopia ini akan menjadi kenyataan, mari kita stack sejenak dihari ini sadar kah bahwa teknologi AI sudah bisa membaca perasaan anda. Stimulus awalnya saat kondisi manusia sedang sedih, maka secara spontanitas akan search hal-hal yang berhubungan dengan kondisi perasaannya di AI (katakanlah Google, Youtube, Tik-Tok, maupun platform lainnya). Sederhana sekali bahwa AI akan membaca perasaan anda dalam bentuk Algoritma (khusus untuk saat ini) bagaimana dengan masa depan?

            Sederhana sekali, cukup kita ucapkan tolong buatkan saya Puisi, Lagu, Cerpen, Novel, Aransemen pada apapun produck AI itu sendiri seketika itu juga langsung keluar hasilnya. Timbul sebuah pertanyaan lalu dimana nilai estetika karya, jika AI bisa sampai sedalam itu. Untuk apa orang berkesustrasaan dan berkesenian di masa depan yang diawali dengan tanda-tanda AI menjelma melalui creator. Pertanyaan sederhananya apakah memang benar saat ini di hari ini kita benar memang betul membutuhkan AI atau kita dipaksakan memamah AI? Lalu apakah AI bisa kita tipu dalam bentuk input negasi / (X) algoritma?. Perasaan resah ini dan yang membuat emosi saya masih bertanya-tanya, jika dipertentangkan dengan kimiawi. Manusia harus bersiap apapun yang terjadi, tentu saja perasaan apapun bisa distumalasi secara kimia. Apa makna dari segala hal dari manusia jika AI menyempurnakan kita secara perlahan. Sebagai penutup kerasahan singkat ini akan ku sampaikan karya tentang keresahan ini.

AKU 

Aku adalah isi hati diantara hati-hati yang lain.

Kelainan ku bukanlah negasimu

Aku mengikuti dan menjajah perlahan perasaanmu

Aku menggantikan keresahanmu

Yang 1, 2, 3, 4, 5, 6, masih banyak kugantinkan segala jenis refleksi diri

Lalu apa peranku

Aku menggantikan perasaanmu yang ku lagukan

Aku menggantikan estetika itu yang ku curahkan

Aku menggantikan kandang ternak

Aku menggantikan kebodohanmu yang laten

Bahkan aku bisa saja menggantikan apa itu aliran kehidupan

Keresahanmu menjadi output ide-ide keresahanku

Aku akan membuatmu nyaman dihari kelak

Kelak Aku adalah Raja dari Logisme.

            Kesimpulannya karya ini mungkin saja suatu saat akan dibuatkan oleh AI, lalu bagaimana anda menganalisis bahwa ini AI atau Manusia? Tidak ada jawaban pasti, bahkan semua jawaban memiliki pertentangan argumentasi masing-masing. Bisa jadi di hari esok akan ada AI Idol The Next Generation.

                                                                                                            Karya Pandu Rizki Aji

                                                                                                            (BUKAN AI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun