Apakah AI bisa Kita TIPU?
     Kita tahu saat ini AI menjadi bagian yang hidup diantara kehidupan kita. Apapun yang kita butuhkan dalam konteks karya, bisa dengan mudah diperbantukan. Keadaan saat ini bisa kita pandang sebagai utopia bagi kalangan pro teknologi. Sedangkan bagi kalangan seniman, sastrawan, maupun humaniora tentu AI bisa jadi menjadi dystopia. Bisa jadi kejadian dystopia ini akan menjadi kenyataan, mari kita stack sejenak dihari ini sadar kah bahwa teknologi AI sudah bisa membaca perasaan anda. Stimulus awalnya saat kondisi manusia sedang sedih, maka secara spontanitas akan search hal-hal yang berhubungan dengan kondisi perasaannya di AI (katakanlah Google, Youtube, Tik-Tok, maupun platform lainnya). Sederhana sekali bahwa AI akan membaca perasaan anda dalam bentuk Algoritma (khusus untuk saat ini) bagaimana dengan masa depan?
      Sederhana sekali, cukup kita ucapkan tolong buatkan saya Puisi, Lagu, Cerpen, Novel, Aransemen pada apapun produck AI itu sendiri seketika itu juga langsung keluar hasilnya. Timbul sebuah pertanyaan lalu dimana nilai estetika karya, jika AI bisa sampai sedalam itu. Untuk apa orang berkesustrasaan dan berkesenian di masa depan yang diawali dengan tanda-tanda AI menjelma melalui creator. Pertanyaan sederhananya apakah memang benar saat ini di hari ini kita benar memang betul membutuhkan AI atau kita dipaksakan memamah AI? Lalu apakah AI bisa kita tipu dalam bentuk input negasi / (X) algoritma?. Perasaan resah ini dan yang membuat emosi saya masih bertanya-tanya, jika dipertentangkan dengan kimiawi. Manusia harus bersiap apapun yang terjadi, tentu saja perasaan apapun bisa distumalasi secara kimia. Apa makna dari segala hal dari manusia jika AI menyempurnakan kita secara perlahan. Sebagai penutup kerasahan singkat ini akan ku sampaikan karya tentang keresahan ini.
AKUÂ
Aku adalah isi hati diantara hati-hati yang lain.
Kelainan ku bukanlah negasimu
Aku mengikuti dan menjajah perlahan perasaanmu
Aku menggantikan keresahanmu
Yang 1, 2, 3, 4, 5, 6, masih banyak kugantinkan segala jenis refleksi diri
Lalu apa peranku
Aku menggantikan perasaanmu yang ku lagukan
Aku menggantikan estetika itu yang ku curahkan
Aku menggantikan kandang ternak
Aku menggantikan kebodohanmu yang laten
Bahkan aku bisa saja menggantikan apa itu aliran kehidupan
Keresahanmu menjadi output ide-ide keresahanku
Aku akan membuatmu nyaman dihari kelak
Kelak Aku adalah Raja dari Logisme.
      Kesimpulannya karya ini mungkin saja suatu saat akan dibuatkan oleh AI, lalu bagaimana anda menganalisis bahwa ini AI atau Manusia? Tidak ada jawaban pasti, bahkan semua jawaban memiliki pertentangan argumentasi masing-masing. Bisa jadi di hari esok akan ada AI Idol The Next Generation.
                                                      Karya Pandu Rizki Aji
                                                      (BUKAN AI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H