Pendahuluan
Apakah saudara pernah makan petai? Bagaimana rasanya? Apa dampak yang saudara rasakan setelah makan petai? Tentunya kita akan mencium aroma yang khas dari petai. Tidak hanya kita yang mengonsumsinya, tetapi aroma itu juga tercium oleh orang lain yang ada di dekat kita.
Secara alamiah sesuatu yang masuk dalam tubuh kita pastilah hal itu pulalah yang akan keluar dari tubuh kita. Orang yang makan petai pasti aroma petai yang akan dirasakan oleh diri dan juga orang lain. Tentunya akan menjadi hal yang aneh dan tidak logis jika seseorang makan petai, namun aroma yang keluar dari dirinya adalah aroma yang bukan petai!Â
Hal itu berkaitan dengan makanan jasmani. Lalu, bagaimana dengan makanan rohani? Bukankah juga demikian? Bukankah seharusnya apabila makanan rohani yang masuk dalam batin adalah 'makanan' dari Allah, maka itu pula yang kita rasakan dan dirasakan oleh orang lain. Apabila kita merasakan Roti Kehidupan (Tuhan Yesus Kristus) yang adalah sumber hikmat kebijaksanaan, maka seharusnya kita juga merasakan hidup dengan dipimpin hikmat kebijaksanaan Tuhan Yesus Kristus.
Â
Isi
Dalam bacaan Injil pada hari ini, setidaknya ada 3 hal yang bisa kita pelajari bersama:
Pertama, Yesus menggambarkan dirinya sebagai Roti hidup. Roti adalah perumpamaan yang paling dekat dengan masyarakat Yahudi pada waktu itu. Karena makanan pokok sehari-hari masyarakat Yahudi pada waktu itu adalah roti, bukan seperti kita yang makanan pokoknya adalah nasi, jagung, dan lain sebagainya. Maka dari itu, Roti Hidup itu haruslah dinikmati setiap hari layaknya makanan pokok.
Pada hari ini kita diajak untuk menjadikan Yesus sebagai makanan pokok batin kita. Kita diajak untuk tidak menjadikan Yesus sebagai makanan selingan/sampingan, melainkan makanan penting yang setiap hari bahkan setiap saat dikonsumsi oleh batin kita. Hal ini dapat diwujudkan dengan ketekunan dan kesetiaan kita dalam berdoa dan merenungkan Firman Tuhan dalam setiap kehidupan kita.
Kedua, dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberikan pengajaran untuk mencerna dan menikmati Dia supaya kehidupan batin manusia yang dipenuhi dengan kelemahan, kerapuhan, dan ketidakberdayaan akan menyatu dengan sifat Ilahi Yesus Kristus. Agar pada akhirnya sifat Ilahi Yesus ini benar-benar berpengaruh besar dalam hidup kehidupan manusia. Apabila sifat Ilahi Yesus itu sudah berpengaruh dalam diri manusia yang berjumpa dan berkenan mencerna Dia dalam kehidupan, ada harapan besar hasil pencernaan itu bisa pula dirasakan oleh manusia/ ciptaan di sekitar--Nya.