"Betul. Enggak mubazir." Sahut istri saya.
Kami di tahun sebelumnya, baik sebelum atau setelah punya anak, memang sering melakukan kemubaziran kala Ramadan. Kami beli banyak takjil dan tidak melahap semuanya. Kerap kali takjil bersisa dan pada akhirnya harus dibuang karena tidak dapat disimpan untuk berbuka esok harinya. Padahal. Banyak orang di luar sana yang makanan sisa dan basi pun tetap dimakan karena hanya itu yang dapat mereka makan.
Saya merasa Ramadan ini adalah Ramadan yang membawa saya mengenali arti hidup sesungguhnya.
Ramadan = Sederhana
Ramadan = Hidup sesungguhnya
Hidup sesungguhnya = Sederhana
Lewat pemikiran itu saya rasa Ramadan adalah bulan paling tepat untuk merenungi hakikat hidup sesungguhnya. Tidak berlebih-lebihan adalah kunci utama kehidupan. Kadang kita merasa pada titik di mana hidup terasa aman dengan penghasilan yang cukup. untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Kita beli banyak hal tanpa pikir panjang dan berakhir dengan tidak maksimalnya sesuatu itu kita gunakan. Tidak jarang lebih banyak hal kita buang san sia-siakan dibanding termanfaatkan dengan baik.
Kami rasa kami dapat memaknai Ramadan sedikit lebih baik tahun ini. Tapi, semoga kami diberikan ke-istiqomah-an untukdapat memaknai Ramadan dengan sederhana pula ketika nanti menghadapi moment lebaran. Setidaknya, saya dan keluarga akan terus berusaha lebih baik walaupun tentu tidak akan sempurna. Semoga kita diberikan lindungan oleh Allah SWT dan rezeki yang berkah untuk keluarga. Amiiinn.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H