Kalau soal makanan pedas saya tidak pakai kata tidak. Saking cintanya saya dengan makanan pedas, saya selalu menambahkan cabai pada bakso sebagai makanan kesukaan saya sebanyak kira-kira 2-3 sendok teh dengan gundukan yang tinggi.Â
Saking cintanya saya dengan makanan pedas, saya selalu memesan seblak atau makanan pedas lainnya di setiap kota yang saya datangi ketika sedang bertugas.Â
Malah saya dengan makanan pedas, saya selalu merasa Bon Cabe level MAX tidak max-max banget. Sampai pada seminggu sebelum mulai berpuasa ulu hati saya diserang sakit yang cukup luar biasa.Â
Bahkan sakit ini menembus hingga ke bagian punggung. Biasanya rasa sakit di ulu hati memang kerap kali datang. Namun rasa sakit yang dihasilkan masih bisa saya toleransi. Tapi saat itu saya merasa tidak bisa toleransi lagi.
Besoknya saya memutuskan untuk pergi ke klinik tempat biasa saya berobat dengan keluarga. Dokter bertanya dan diletakkannya stetoskop ke bagian perut.Â
Tidak pakai lama si dokter sudah tahu bahwa lambung saya sedang tidak baik-baik saja. Katanya lambung saya bekerja sangat hebat.Â
Dia mencoba mengulik ke saya beberapa hal yang bisa jadi biang keladi penyakit itu saya alami. Dokter memastikan bahwa kebiasaan makan pedas sayalah yang menjadi bintangnya.
Saya diresepkan obat-obatan untuk meredakan sakit yang saya alami namun katanya yang bisa menyembuhkan usus yang luka karena makanan pedas adalah tidak makan-makanan pedas lagi.Â
Setelah itu saya "iya"-kan pesan dokter tersebut tapi kenakalan saya terjadi bahkan selepas pulang dari dokter. Saya membeli cemilan dan meminta sedikit saja sambal untuk menimbulkan rasa.Â
Tapi ternyata perut saya benar-benar tidak bisa terima. Sakitnya datang kembali dan juga sama hebatnya dengan sehari sebelum ke dokter.Â