Saya sebagai pengguna Microsoft Office harus mulai belajar lagi dan mengingat-ingat lagi setiap letak fungsi-fungsi yang saya butuhkan ketika bekerja di Google Docs. Fungsinya tentu ada dan sama saja dengan di Microsoft Office. Hanya letaknya yang perlu di-mastering oleh ingatan kita.
Ini tentu menjadi kekurangan yang besar untuk orang awam. Namun mungkin kelak akan ada perbaikan-perbaikan dari Google. Kita berdoa saja semoga Google Docs bisa lebih baik secara UI. Semoga Google Docs juga memperbaiki tata letak lembar kerjanya sehingga tidak jauh berbeda dengan Microsoft Office. Hal ini jika terjadi jelas akan membantu pengguna yang ingin pindah ke Chrome OS dan tidak mikir dua kali karena kefamiliarnya.
2. Integrasi Memori yang Sedikit Aneh
Sebelumnya saya harus bilang bahwa kekurangan yang satu ini bisa jadi karena saya yang belum paham alur dan cara kerja Chromebook atau memang begitu keadaannya. Untuk mempermudah pemahaman, seperti ini kira-kira kasusnya.Â
Kebetulan saya memiliki sebuah dokumen yang saya simpan dalam flashdrive (flashdisk/FD). Saya coloklah FD tersebut ke Chromebook. Fail-fail yang ada di dalamnya semua terbaca dan dapat terbuka. Lantas saya ingin membuka sebuah fail .docx dari FD tersebut ke aplikasi WPS yang sudah saya instal. Saya ingin langsung klik saja gitu di nama failnya namun tidak bisa karena otomatis jika saya lakukan itu akan mengarahkan failnya ke Google Docs. Jadi saya buka aplikasi WPS terlebih dulu baru saya klik open. Sayangnya FD tidak terbaca di aplikasi WPS. Saya lalu mencoba cara lain, yaitu saya salin terlebih dulu fail yang ingin saya buka ke folder yang memang ada di Chromebook barulah fail terbaca di WPS.
Apakah Anda merasa penjelasan saya di atas agak ribet? Ya begitulah keadaannya ketika saya menggunakan Chromebook ini. Paling mudah memang mengerjakan via Google Docs. Walaupun untuk versi Google Docs yang terbaik adalah ketika Chromebooknya terhubung dengan internet.
Lagi-lagi kekurangan ini bisa jadi karena saya yang masih belum paham atau memang seperti itu alur kerja di Chromebook. Kita harus memahami konsekuensi ini ketika membeli Chromebook. Kita harus tahu bahwa ini laptop milik Google. Bukan masalah tentu saja untuk Google membuat keribetan ketika kita ingin menggunakan aplikasi yang bukan dari mereka. "Kalau mau gampang ya pakai aplikasi buatan kami." Begitulah kira-kira ujar mereka.
3. Tidak ada HDMI
Pertama ini bukan kekurangan Chromebook. Tapi ini kekurangan Chromebook yang saya miliki. HP Chromebook 11 G8 ee memang tidak menyertakan HDMI dalam Chromebooknya. Ini patut dimaklumi karena perangkatnya yang memang murah. Mereka sudah menyediakan dua slot USB Type C dan dua slot USB 3.0 saja sudah sangat bersyukur sekali jika dibandingkan dengan rival Chromebook selevelnya. Pemangkasan ini tentu membuat pengguna harus merogoh kocek sekitar 150 ribu lagi untuk membeli converter Type C to HDMI jika memang Chromebook ini akan digunakan untuk keperluan presentasi.
Kira-kira seperti itulah kekurangan dari Chromebook yang saya pakai sampai hari ini. Jujur saya masih mencoba untuk membiasakan diri dalam menggunakannya. Namun saya mulai terbiasa untuk mengetik di mana saja menggunakan laptop ini. Mudah dan cepat adalah kuncinya. Tidak ada suara yang dihasilkan dari Chromebook ini membuat konsentrasi saya tidak terganggu dan pekerjaan menulis bisa terselesaikan dengan cepat.Â