"Anak saya merusak mobil yang lewat. Mobil yang tidak punya urusana papun, hanya kebetulan lewat saja."
"Anak saya merusak toko dan restoran."
"Jadi, ibu-ibu tidak bangga?"
"Apa yang kami banggakan?" jawab mereka serempak.
"Kami justru sedih. Bingung. Tidak tahu lagi apa yang bisa kami lakukan karena mereka sudah dewasa."
Ruang sepi. Saya terdiam. Lonceng jam besar di ruang tamu menyadarkan saya dari lamunan saya yang menyuguhkan wawancara imajiner dengan para ibu yang saya sangka bangga tapi ternyata sangat bersedih.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!