Penelitian psikolinguistik telah mengidentifikasi periode penting proses akuisisi bahasa dan mengeksplorasi peran alam dan pengasuhan dalam membentuk perkembangan linguistik.
4. Alam vs. Pengasuhan
Psikolinguistik mempelajari perbedaan antara alam dan pengasuhan tentang pengajaran bahasa. Faktor lingkungan seperti interaksi sosial, paparan input linguistik, dan pengaruh budaya juga berperan, meskipun kemampuan kognitif bawaan berkontribusi pada pembelajaran bahasa. Hal ini bisa dilihat dari bayi baru lahir yang memiliki kemampuan bawaan (alami) untuk mengenali suara manusia dan menanggapi pola bahasa. Ini menentukan perkembangan kemampuan berbicara mereka. Selanjutnya, peran asuhan anggota keluarga, seperti memberikan mainan edukatif, buku, dan kesempatan untuk berbicara dan berbagi cerita, dapat membantu perkembangan bahasa anak.
5. Hipotesis Periode Kritis
Hipotesis periode kritis mengatakan bahwa ada periode waktu tertentu di mana pengajaran bahasa menjadi paling efektif. Periode efektif itu biasanya terjadi pada anak-anak usia dini sebelum memasuki masa prasekolah atau yang lebih sering dikenal dengan istilah periode usia emas (Golden Age) yaitu pada usia 0-5 tahun. Pada usia ini anak-anak cenderung menyerap bahasa dengan cepat dan tanpa usaha saat berada di lingkungan yang mendukung. Studi psikolinguistik telah menyelidiki kasus pengajaran bahasa kedua dan tonggak perkembangan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi periode kritis ini. Ini seringkali diidentifikasi sebagai periode sensitif bahasa.
Penemuan penelitian psikolinguistik memiliki efek yang luas. Mereka memberikan informasi tentang praktik pendidikan, intervensi bahasa, dan pemahaman kita tentang gangguan kognitif terkait bahasa, seperti disleksia dan gangguan bahasa. Psikolinguistik membantu mengembangkan metode pengajaran bahasa dan intervensi terapeutik.
Jadi, psikolinguistik membantu mengungkap hubungan yang kompleks antara pikiran dan bahasa. Bidang interdisipliner ini, yang mencakup hal-hal mulai dari produksi dan pemahaman bahasa hingga proses rumit untuk menguasai bahasa baru, menawarkan perspektif melalui mana kita dapat menjelajahi arsitektur kognitif yang mendasari kemampuan kita untuk berkomunikasi. Penghargaan kita terhadap hubungan rumit antara bahasa dan pikiran yang membentuk pengalaman manusia meningkat seiring dengan peningkatan pemahaman kita tentang psikolinguistik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H