Mohon tunggu...
Pandu Wibowo
Pandu Wibowo Mohon Tunggu... -

Peneliti Center for Information and Develpoment Studies Indonesia | Tenaga Ahli Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas | Candidate Magister of Planing and Public Policy in University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kemenangan Islam dan Demokrasi serta Gagalnya Kudeta di Turki

17 Juli 2016   08:33 Diperbarui: 17 Juli 2016   12:05 2742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turki adalah  negara Republik Konstitusional yang demokratis dengan luas negara 783.572 km. Jumlah penduduk Turki adalah 76.865.524 jiwa dan mayoritas beragama Islam (Sunni) dengan presentase 99,8% (Kaiser, 2013). Pada tahun 1923, Mustafa Kemal Atarturk terpilih menjadi Presiden Republik Turki pertama. Setelah Atarturk menjadi Presiden, terjadi pembaharuan di Turki konstitusi mengumumkan bahwa Republik Turki sekarang adalah negara sekuler (Espinto, 1990).

Berubahnya Turki menjadi negara sekuler dengan ditandai dengan perubahan kebijakan ekonomi, politik, dan sosial membuat gerakan islamis dengan gaya baru lahir di Turki. Pada tahun 1970, tokoh islamis Turki yang bernama Prof. Necmettin Erbakan mendirikan partai politik yang bernama Mili Salamat Partisi (MSP). Partai ini tidak berumur panjang, karena pada tahun 1980 MSP dibubarkan militer. 

Kemudian berturut-turut pada tahun 1987 sampai 1998 Erbakan mendirikan Refah Partisi (RP) dan Fezilet Partisi (FP). Namun keduanya pun dibubarkan oleh militer Turki (Yakuz, 2008). Pembubaran partai-partai yang dibuat gerakan   islamis oleh militer, menandakan bahwa militer dan kelompok sekuler tidak menginginkann Turki kembali ke masa lalu seperti masa kekhalifahan Ustmani.

Perjuangan melelahkan gerakan islamis Turki dalam memenangkan politik di setiap pemilu nampaknya mendapat angin segar, bahwa pasca terjadinya perpecahan antara antara golongan tua islamis Turki yang dipimpin oleh Erbakan dan golongan muda yang dipimpin oleh Erdogan, lahirlah Adelet ve Kalkinma Partisi (AKP). AKP didirikan oleh golongan muda mantan anggota FP, seperti Erdogan dan Abdullah Gul sebagai tokoh muda islamis lainnya. 

Pada tahun 2001 AKP berdiri dengan membawa agenda reformasi ekonomi dan birokrasi. AKP dengan ideologi dan adopsi politik yang berbeda dengan partai-partai buatan Erbakan sebelumnya, membuat partai ini mampu memperluas daya tarik rakyat Turki. Puncaknya pada tahun 2002, AKP berhasil memenangkan pemilu pertama dengan 34% suara. 

Sedangkan partai sekuler CHP, suaranya jauh di bawah AKP dan menduduki posisi kedua (Rabasa, 2008). Selanjutnya pada pemilu tahun 2007 AKP kembali menang degan mendapatkan 324 kursi, pada pemilu 2011 AKP juga kembali memenangkan pemilu dengan 50% suara, dan pada tahun pemilu 2015 AKP juga memenangkan pemilu dengan 51% suara.

Kemenangan AKP membawa dampak positif bagi rakyat Turki secara keseluruhan dengan ditandai dengan naiknya perekonomian dan kesejahteraan rakyat Turki. Kemenangan AKP serta suksesnya dalam membangun Turki mengundang decak kagum dari seluruh rakyat Turki. Ditambah ketika AKP berhasil melemahkan kekuatan militer yang menjadi sosok yang sangat menakutkan dalam sejarah Turki modern. Kejadian kudeta berkali-kali yang dialami negeri Atarturk, menjadi pelajaran bagi AKP selaku partai penguasa untuk mempertahankan pemerintahannya, dan membawa Turki keluar dari transisi demokrasi menuju konsolidasi demokrasi.

Militer sangat memainkan peran penting dalam pendirian Republik Turki. Mereka juga adalah penjaga utama dari sekulerisasi yang telah lama diterapkan di negaranya. Pemerintahan AKP sendiri telah mengalami tiga kali ancaman kudeta, karena dituduh membawa agenda islamisasi (Yildis, 2012). Puncaknya pada tahun 2007, pemerintahan AKP berhasil membongkar rencana kudeta yang dilakukan oleh kelompok Ergenekon yang melibatkan para tokoh-tokoh militer dan tokoh sekuler di Turki (Yildis, 2012). Rencana kudeta ini dilakukan oleh militer melalui kelompok Ergenekon yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan AKP yang sedang berkuasa.

Keberhasilan pemerintahan AKP dan Erdogan menggagalkan rencana kudeta ini menjadi prestasi besar bagi sejarah Tukri. Karena sejarah mencatat, Turki sangat sering mengalami kudeta militer sebelum AKP menjadi partai pemenang di Turki. Bahkan ketika AKP memperoleh kursi mayoritas di pemerintahan, ancaman kudeta kerap kali menghantui pemerintahannya. 

Kelompok Ergenekon yang menjadi misteri yang sulit terungkap oleh Kepolisian Turki, dapat terungkap aktor-aktornya setelah pembongkaran rencana kudeta tersebut. Dengan dibongkarnya rencana kudeta dan ditangkapnya beberapa pensiunan militer dan kelompok sekuler yang terlibat kasus Ergenekon membuat pemerintahan Turki semakin percaya diri untuk mengeluarkan Turki dari transisi demokrasi menuju konsolidasi demokrasi.

Melemahkan kekuatan militer dan mengembalikan fungsi aslinya ke barak bukan sesuatu yang mudah, bahkan negara Timur Tengah seperti Mesir, Suriah, Libya, dan Tunisia sekalipun saja sulit keluar dari rezim otoriter karena militer memiliki kekuatan yang sulit ditandingi di negara. Keberhasilan AKP menggagalkan rencana kudeta, melemahkan kekuatan militer, dan mengembalikan fungsi aslinya adalah sebuah prestasi yang cukup baik. Cara yang dilakukan pemerintahan AKP tentu bisa menjadi rujukan bagi negara-negara Timur Tengah lainnya untuk keluar dari rezim otoriter dan menjadikan negara mereka lebih demokratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun