Mohon tunggu...
Pandu Wibowo
Pandu Wibowo Mohon Tunggu... -

Peneliti Center for Information and Develpoment Studies Indonesia | Tenaga Ahli Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas | Candidate Magister of Planing and Public Policy in University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Memperkokoh Taqwa

25 April 2015   09:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14299300491911690576

Oleh

Pandu Wibowo

"Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa." (QS. Al Baqarah ayat 2).

Suatu malam Aisyah  ditanya oleh Rasulullah; "Wahai Aisyah, apakah engkau keberatan jika malam ini aku gunakan untuk beribadah kepada Rabbku?" Aisyah pun berkata; "sungguh aku senang merapat denganmu ya Rasulullah. Namun, aku juga suka seandainya engkau beribadah kepada Rabbmu." Rasulpun bangkit dan langsung melakukan shalat malam. Saat Rasul shalat, Aisyah mendengar isak tangis Rasul dan janggutnya basah karena air mata. Lantaipun basah oleh air mata. Ditambah kaki Rasul sampai bengkak dan pecah, ujar Aisyah.Inilah kekokohan taqwa Rasul kepada Rabbnya. Walau sudah dijamin surga, namun ketaqwaannya amatlah besar. Ibadah yang tak pernah lelah sudah seakan menjadi kebutuhan hidupnya.

Ikhwah fillah... Sekarang bagaimana kabar taqwa kita? Mari kita kokohkan ketaqwaan ini dengan muraqabah, muhasabah, dan mujahadah.

Sungguh,,, Rabb kita amatlah dekat dengan kita. Tiada sesuatu yang amatlah dekat selain kedekatanNya. Jika hati telah merasa dekat denganNya, kita akan merasa terus diawasi olehNya. Bagaimana kita akan berbuat dosa, jika Yang Melihat tak pernah disentuh kantuk terlebih tidur? Betapakah kita tak merasa malu, jika Yang Menatap adalah Yang Maha Suci? Kemanakah kita harus lari, jika Yang Maha Kuasa adalah pemilik seantero alam ini? Untuk memperkokoh taqwa, maka 'muraqobah' mengantar kita kepada kewaspadaan. Karena Allah selalu mengawasi kita sebagai makhlukNya.

Memperkokoh taqwa selanjutnya, memerlukan yang namanya 'muhasabah'. Hanya ada rasa yang kita dapatkan ketika hari Hisab itu tiba. Tinggalah rasa nikmat atau adzab yang menghampiri diri di akhirat kelak. Tak ada lagi kesempatan evaluasi diri dan mengubah apa yang telah kita lakukan. Bermuhasabalah ketika nyawa masih menggelayut di dalam jiwa. Dengan itu kita akan terkejut bahwa amalan kita seperti tetes terakhir air hujan dibanding lautan NikmatNya. Dengan itu juga kita akan mengetahui bahwa dosa kita menjulang tingi layaknya gunung, dibanding kebaikan yang kita lakukan. Dengan itu juga, kita akan tercengang bahwa rasa syukur kita amatlah kering seperti sumur di musim kemarau, dibanding nikmat Allah yang amat besar seperti air yang melimpah di oase gurun pasir.

Setelah bermuraqabah, bermuhasabah, maka untuk memperkokoh taqwa, kita perlu 'mujahadah'. Mujahadah; kesungguhan untuk mengerahkan segenap apa yang kita punya, untuk meraih taqwa. "Dan orang-orang yang bersungguh jihadnya dalam memenuhi perintah Kami, pasti akan Kami tunjukan padanya jalan-jalan Kami" (QS. Al Ankabut ayat 69). Tiada kehambaann terindah kecuali kesungguhan melakukan amal yang lebih besar sesudah amal yang dilakukan sebelumnya. Kesungguhan ini pula yang akan membedakan, mana orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang tidak memiliki taqwa. Kesungguhan ini pula yang membedakan orang-orang yang bertaqwa, dan orang-orang yang berpura taqwa. Sudah sampai manakah kesungguhan kita?

Ikhwah fillah... Dengan taqwa kita bisa melihat Nabi Yusuf berhasil melewati godaan mesra Siti Zulaikha yang amatlah cantik, karena dia yakin bahwa Allah terus mengawasinya. Dengan taqwa, kita dapat melihat hasil muhasabah Umar bin Khatab, yang dimana ia menyumbangkan seluruh kebun yang amat ia cintai, karena kebunnya itu pernah membuat ia terlambat satu kali shalat berjamaah di masjid. Dengan taqwa, kita akan melihat mujahadah Presiden Muhammad Mursi dan para saudara aktivis dakwah Mesir yang sama sekali tak gentar walau negara memfitnah dan menjatuhkan hukuman seumur hidup, bahkan mati kepada mereka. Malah sebaliknya, hakim dan jaksa merasa gentar dan takut, karena melihat senyumannya ketika vonis dibacakan.

Aduhai,,, apa yang telah mereka lakukan, sehingga begitu besar taqwa mereka kepada Rabbnya. Malu diri ini, melihat ketaqwaan yang begitu cantik, dibanding ketaqwaan yang terus terkikis dengan dosa yang terlalu sering. Ya Allah kokohkanlah taqwa kami, seperti kekokohan taqwa mereka yang amat mempesona dipandang.

@pandu_wibowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun