G20 merupakan suatu forum internasional dimana banyak negara berkumpul membahas kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Menurut Kemlu RI, G20 dianggap merepresentasikan kekuatan politik dan ekonomi global, yang dimana komposisi anggotanya terdiri dari 80% GDP global, 75% ekspor global, serta 60% populasi global. G20 berisikan 20 anggota yang terdiri dari 19 negara dan 1 kawasan, seperti Amerika Serikat, Rusia, Jerman, serta Indonesia yang menjadi tuan rumah G20 pada tahun 2022 kemarin.
        Didirikan pada tahun 1999, G20 lahir ke dunia sebagai reaksi terhadap darurat moneter dunia pada tahun 1997-1998. Tujuannya adalah untuk memastikan dunia bangkit dari keadaan darurat dan membuat pertumbuhan ekonomi global yang solid dan berkelanjutan. Pada awalnya, G20 adalah pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, dan saat ini telah berkembang dengan perbincangan di berbagai bidang perbaikan. Mulai sekitar tahun 2008, G20 juga mulai menghadirkan Kepala Negara pada pertemuan KTT.
      Saat ini, dunia kembali berada dalam keadaan darurat yang kompleks akibat pandemi virus COVID-19. G20 sebagai kumpulan ekonomi utama dunia, yang memiliki kekuatan politik dan ekonomi, serta memiliki kemampuan untuk memajukan pemulihan.
      Dan di saat pandemi belum berakhir, Rusia dan Ukraina sedang berperang baru-baru ini. Dengan demikian, darurat kesejahteraan menyebar ke darurat pangan selain darurat energi. Benar-benar sudah jatuh, masih tertimpa tangga. Secara satu per satu biaya makanan (food price index) meningkat. Gandum, misalnya, sesuai informasi dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), tidak kurang dari 50 negara yang menggantungkan sekitar 30% impor biji-bijiannya dari Rusia dan Ukraina.
      Dikutip dari Kemlu RI, untuk mengatasi semua permasalahan atau krisis yang terjadi, Indonesia mengangkat tema KTT G20 Recover Together, Recover Stronger. Tema diusung oleh Indonesia dengan mempertimbangkan keadaan global yang dikatakan dalam tekanan ketegangan Rusia dan Ukraina, serta pandemi COVID-19 yang tak kunjung membaik. Dalam G20 inilah diperlukan upaya-upaya dalam mencari solusi pemulihan dunia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Indonesia memusatkan perhatian pada tiga bidang kebutuhan yang dipandang sebagai kunci bidang kekuatan untuk pemulihan yang berkelanjutan, yaitu:
(1) Penguatan arsitektur kesehatan global
Mempertimbangkan pandemi yang berkelanjutan, pola kesejahteraan global akan diperkuat. Tidak hanya untuk mengatasi pandemi yang sedang berlangsung, tetapi juga menyiapkan dunia untuk memiliki daya tanggap dan kemampuan yang lebih baik untuk menghadapi keadaan darurat kesehatan lainnya di kemudian hari.
(2) Transformasi digital
Perubahan terkomputerisasi adalah salah satu pengaturan utama dalam menggerakkan ekonomi selama pandemi, dan telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi lainnya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia akan memusatkan perhatian pada peningkatan keterampilan lanjutan dan kecakapan komputerisasi untuk memastikan bahwa perubahan komputerisasi menyeluruh dan dinikmati oleh semua negara.
(3) Kemajuan energi
Untuk menjamin masa depan yang layak dan hijau serta mengatasi perubahan lingkungan dengan sungguh-sungguh, Pemerintah Indonesia mendukung kemajuan energi menuju energi baru dan berkelanjutan dengan berfokus pada ketahanan energi, keterbukaan, dan moderasi.
Mengingat aturan inklusivitas, Pemerintah Indonesia juga mempersilakan negara tamu dan asosiasi internasional (invitees) untuk turut serta. Di berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo menggarisbawahi bahwa inklusivitas ini sangat penting bagi pemerintahan Indonesia di G20, untuk mencapai Leave no one behind.
Visinya adalah untuk Pemerintahan G20 yang membantu semua pihak, termasuk negara berkembang, negara kepulauan kecil, dan kelompok yang lemah, dan tidak hanya untuk kepentingan anggota G20 itu sendiri.
Oleh karena itu, Indonesia pun memberikan perhatian yang besar kepada negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, serta negara-negara pulau kecil di Pasifik dan Karibia. Selain mempertimbangkan spirit of inclusiveness, hal ini juga memberikan gambaran yang lebih luas tentang G20.
Lalu apa sebenarnya manfaat G20 bagi Indonesia?
Dengan dilakukannya G20 di Indonesia beserta rangkaian acara yang berlangsung, tentu saja terdapat manfaat bagi Indonesia itu sendiri. Manfaat ini bisa dilihat dari aspek politik luar negeri, pembangunan sosial, dan tentu saja ekonomi.
Pertama, diyakini bahwa Pemerintahan G20 akan secara langsung memengaruhi perekonomian, melalui peningkatan keuntungan perdagangan luar negeri negara. Diperkirakan lebih dari 20 ribu agen internasional akan menghadiri pertemuan yang akan diadakan di berbagai tempat di Indonesia.
Keterlibatan masa lalu dengan Administrasi Turki, Argentina, Cina dan Jepang menunjukkan efek positif di negara tersebut. Tercatat jumlah kunjungan penugasan global mencapai lebih dari 13 ribu. Selain itu diperkirakan bahwa setiap titik tertinggi G20 menghasilkan pendapatan lebih dari $100 juta untuk negara tuan rumah.
Kedua, di bidang politik, sebagai Kursi G20, Indonesia dapat memberdayakan partisipasi dan memulai hasil yang substansial di tiga bidang kebutuhan, yang sangat penting untuk pemulihan.
Inilah kekuatan Indonesia untuk mendapatkan kepercayaan atau kepercayaan dunia, dalam mendorong pemulihan dunia. Dalam kebijaksanaan dan strategi internasional, kepercayaan adalah modal yang sangat penting.
Ketiga, di bidang pergantian peristiwa moneter dan sosial yang wajar. Penyelenggaraan G20 adalah energi untuk menunjukkan bahwa Indonesia terbuka dalam bisnis. Akan ada pameran atau acara lain yang memamerkan kemajuan pembangunan Indonesia, dan spekulasi kemungkinan besar di Indonesia.
Hal ini diyakini berpotensi memberikan multiplier effect bagi ekonomi wilayah karena menambah industri pariwisata, perhotelan, transportasi dan kawasan ekonomi kreatif, serta UMKM sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H