Mohon tunggu...
Par_Huta Huta
Par_Huta Huta Mohon Tunggu... profesional -

Parhuta-huta adalah sebuah ungkapan khas dari salah satu daerah di Sumatra. Frase ini sebenarnya lebih condong sebagai ungkapan ejekan bahkan bisa berarti melecehkan, sebagai orang yang kampungan dan tidak tahu apa-apa bagi lawan bicara. Tetapi bagiku lain. Parhuta-huta mengandung makna yang "deeply". Ada orisionalitas sekaligus keberanian di sana, jauh dari kampung halaman bukan berarti hanyut oleh arus baru tetapi sebaliknya; sembari belajar di dunia yang baru, semangat dan nilai yang pernah kudapatkan semasa tinggal di sana tetap ada sampai kapan dan di manapun.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paku-paku yang Gagal Menunaikan Tugasnya

25 Mei 2012   17:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:47 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah dari mana ide itu, menebar paku di jalanan dan berharap mengenai ban setiap kendaraan yang melintas dan beberapa ratus meter di depan mereka siap menawarkan jasa. Yah, itulah fenomena di kota-kota besar sekarang ini.

Kadang timbul kebencian yang sangat besar kepada (maaf, bukan semua) mereka yang berprofesi sebagai tukang tambal. Apakah ban sepeda motorku yang ditembus paku beberapa yang lalu adalah karena ulah mereka saya tidak tahu. Tetapi bahwa yang menempel itu adal paku yang masih baru seakan memperjelas cerita-cerita yang memaksaku berprasangka tidak baik.

Suatu sore kubuktikan sendiri apakah memang demikian adanya. Kulewati beberapa ruas jalan dengan berjalan kaki. Benarlah adanya. Paku-paku itu disebar, siap melaksanakan tugas menembus setiap ban yang melintas. Kupungut beberapa paku sebanyak yang masih bisa kulihat.

Sambil menuliskan kisah kecil ini, kupandangi photo yang tergantung di kamarku. Bingkai gambar itu menempel ke tembok dengan beberapa paku yang gagal menunaikan tugasnya di jalanan.  Dalam hati ada kemarahan, jengkel dan sekaligus miris. Berlagak main drama, kucoba bertanya kepada paku-paku bisu itu. Dan ternyata jawaban mereka sangat beragam, terangkum banyak hal. Ada kejahatan dan kebodohan. Jalan pintas dan kesesatan. Tetapi jangan salah, nilai perjuangan pun ada di sana. Perjuangan untuk survive. Hidup memang begitu kerasnya. Semoga saja fenomena ini mencapai titik jenuh dimana cara-cara jahat tidak lagi mendapat tempat untuk mencapai kabaikan...**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun