Tersenyum dalam Keserakahan
Wahai Negeriku, jangan lah engkau bersedih.
Negeriku yang sedang rapuh, dan sedikit lagi terjatuh.
Bahkan hampir runtuh dalam pengaruh Jalang yang tak acuh.
Siapa sangka, dulu dimanjakan oleh janji yang tiada dua.
Melalang buana di penjuru nusantara kini hilang tanpa suara.
Alangkah terbuainya kala itu membumbung tinggi dan menggebu.
Seolah menepis sebuah kerinduan tentang perjuangan.
Waktu yang telah berjalan begitu panjang, permintaan dan pertanggung jawaban
Kini lenyap begitu saja.
Akankah engkau sadari?..buaian kata laknat tanpa otak.
Yang tak bisa bersuara karena kalian membungkamnya.
Jalang oh jalang, akankah engkau tetap seperti itu.
Menumpuk banyak harta rampasan dari rakyat jelata.
Tak cukupkah semua gemerlap itu, tak cukupkah istana luas banyak pintu.
Haruskah Tuhan mengetuk hatimu.
Supaya engkau sadar, akan jeritan dari seorang rakyat jelata.
Sadarilah bahwa, mahkota kehormatan yang telah kau gunakan
Memberi harapan bagi perubahan. Jalang,
Jangan sampai kau lupakan janji manis itu. Karena kami rakyat Indonesia.
Mampu mengguncangkan Negeri ini dengan sedikit sentuhan hangat
Lewat seduhan puisi nan indah.
Dengan dekapan kesunyian ku lantunkan sebuah kerinduan dari para pejuang.
Demi memperoleh sebuah keadilan tanpa batas kami berkarya.
Selayaknya kini ku serahkan suara rakyat yang berharap kau jalankan.
Dengan sepenuh hati tanpa pamrih.
Mari bersama-sama...
Genggam tangan sekuat tenaga
Kibarkan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H