Mohon tunggu...
Yohanes Pancaran
Yohanes Pancaran Mohon Tunggu... Guru - Guru sekolah Dasar sejak tahun 1986

Lahir, 24 Maret 1965, dan mulai menjadi guru sejak tahun 1986 sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hakekat Manusia Adalah Makhluk yang Rindu Keselamatan

12 Januari 2017   18:30 Diperbarui: 12 Januari 2017   18:36 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca tulisan ini saya teringat akan cerita seorang pencari Tuhan. Ketika dia mendengar kabar akan Tuhan yang telah menyediakan berlimpah kenikmatan hati sang pencari Tuhan pun berbunga-bunga. Kemudian sang pencari Tuhan berteriak-teriak kegirangan katanya, "Wahai saudara-saudaraku yang malang dengarkan berita gembira ini. Adalah Tuhanku telah menyediakan berjuta kenikmatan untukku. Tidak seperti kalian yang bernasib malang. Kalian akan dilaknati Tuhanku sebab Tuhanku hanya menediakan semua kenikmatan itu untuk aku." 

Setelah berkata demikian sang pencari Tuhan bejalan sembari bersiul kegirangan mengabarkan berita keselamatan dirinya di sepanjang jalan dan dilorong-lorong kota.

selanjutnya sang pencari Tuhan mengarahkan langkah kakinya menuju sang Tuhan. Dalam kisah ini sang Tuhan bersemayam di puncak gunung. Dan sampai di kaki gunung sang pencari Tuhan melihat ada orang lain dari sisi kiri dan kanan kaki gunung. Rupanya mereka juga sedang berjalan menuju tempat bersemayamnya Tuhan. 

Sang pencari Tuhan berteriak lantang, "Wahai saudaraku mengapa kalian mengarahkan langkah kaki menuju Tuhanku? Bukankah kalian adalah orang-orang malang yang tidak memiliki harapan untuk sekedar memperoleh remah-remah kenikmatan Tuhanku? Tuhanku hanya untuk dan bukan untukmu."

Dari sebelah kanan kaki gunung terdengar sahutan, "Tuhan adalah milik kami, kamu bukan milik Tuhan."

Sang pencari Tuhan marah tersinggung karena disebut sebagai orang yang tidak ber-Tuhan. Dengan wajah geram dia mempercepat langkah. Dia semakin bergegas, ingin rasanya sebagai orang pertama menemui sang Junjungan, bukan kedua orang lain itu.

Di lereng gunung sang pencari Tuhan tertegun melihat begitu banyak orang yang berbondong-bondong berjalan menuju singgasana Tuhan.

Sang pencari Tuhan tertunduk malu, dia sadar jika dirinya hanyalah adalah satu dari jutaan manusia yang menelusuri jalan Tuhan. Kesombongannya luruh. Anggapanya selama ini bahwa hanya dirinya yang mendapat jaminan jenikmatan Tuhan adalah keliru. Maka dengan langkah malu-malu dia berjalan beriringan dengan saudara-saudara yang berasal dari jalan lain menuju kenikmatan singgasana sang Tuhan. 

Sikap sang pencari Tuhan pun menjadi semakin akrab dengan saudara-saudara lain, sebab mereka semua adalah para pencari kenimatan Tuhan.

(Salam Damai)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun