Mohon tunggu...
Yohanes Pancaran
Yohanes Pancaran Mohon Tunggu... Guru - Guru sekolah Dasar sejak tahun 1986

Lahir, 24 Maret 1965, dan mulai menjadi guru sejak tahun 1986 sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Gelisah, Akh!

10 Januari 2017   21:00 Diperbarui: 10 Januari 2017   22:00 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semenjak kecil kami sudah terbiasa menghadiri hajatan keagamaan secara besama. Pada saat Natal dan Paskah kakak kandung ayah yang beragama Islam hadir di pusat paroki bersama kami. Hal itu terjadi karena kelyarga istrinta semuanya adalah pemeluk Katolik.
Demikian juga halnya pada Hari raya umat Muslim. Kami sekeluarga selalu hadir. 


Kenangan ini berjalan semenjak kanak-kanak hingga saat ini. Kami tidak merasa perbedaan agama menjadi penghalang kebersamaan atau membuat kami tidak akrab. 


Bahkan saat anak-anak saya menerima sakramen ekaristi, keluarga ayah saya yang Muslim telah mengambil bagian secara penuh. Mereka yang menyiapkan tempat untuk perayaan keagamaan kami. Mereka juga memperkenankan pastor merayakan misa di tenga-tengah umat Muslim.
Perlu juga saya nyatakan di sini bahwa keluarga ayah saya semuanya adalah penganut yang taat menjalankan ibadah sama seperti ayah saya juga mengajarkan kami untuk taat menjalankan ibadah.


Perbedaan keyakinan bukanya membuat kami saling mencurigai, atau saling menyerang melaui olok-olokan seperti yang terjadi di media sosial akhir-akhir ini. 


Perbedaan keyakinan kami membuat kami bertekun dalam iman dan kepercayaan kami masing-masing. Ketika kakak ayah berkunjung ke rumah kami, ayah mempersiapkan tempat sholat karena sang kakak tidak pernah alpa menunaikan sholat lima waktu.


Semangat menjalankan ibadah masing-masing pemeluk agama dalam keluarga besar saya justru memperkuat ketahanan iman kami semuanya. Hal ini tertunjukan oleh banyaknya anggota keluarga kami yang muslim telah menunaikan ibadah haji, dan yang Katolik menyelsaikan pendidikan teologi.
Mencermati berita-berita seputar intoleran akhir-akhir ini sungguh membuat saya sedih. Saya takut sekali kalau saudara-saudara saya terpengaruh kicauan-kicauan di media sosial dan itu membuat tali persaudaraan kami menjadi rapuh.


Karena itu saya mohon kepada saudara-saidara saya yang pintar pidato di depan orang banyak. Tolong jangan jadikan keyakinan sebagai alat politik. Jangan juga jual Tuhan kita untuk memperoleh keuntungan materi dan pujian.
Salam......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun