Mohon tunggu...
Panca Nur Ilahi
Panca Nur Ilahi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Rebahan

Limpahkan pemikiran dengan sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sambal Ibu Jembatan Kebahagiaan untuk Keluarga

23 Desember 2020   20:51 Diperbarui: 23 Desember 2020   20:55 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepat sebulan sudah abang ku melaksanakan pernikahan kecilnya di masa pandemi ini, suasana rumah menjadi lebih sepi karena keputusan abang ku yang memilih untuk keluar dari rumah dan membangun rumah tangganya sendiri. Rumah yang biasanya ramai dengan suara tawa enam orang anak, kini menjadi lebih sunyi. Keluarga ku termasuk keluarga yang cukup besar, aku merupakan anak kelima dan memiliki empat orang kakak serta satu adik, dengan formasi tiga anak perempuan dan tiga anak laki-laki.

Dua kakak perempuan ku sudah menikah dan memutuskan untuk pindah dari rumah bersama pasangannya, kini abang ku pun menyusul. Tersisa kaka perempuan ku, aku dan adik ku. Namun kakak perempuan ku sibuk bekerja sehingga jarang di rumah. Aku sibuk dengan kuliahku di tahun terakhir. Sedangkan adik ku berusaha untuk membuka bisnis selepas lulus SMA.

Begitulah formasi keluarga kami, aku salut dengan kedua orang tuaku yang bisa membesarkan enam orang anak tanpa mengeluh. Ibu ku selalu memasakan kami makanan yang enak dengan berbagai macam menu dari ayam goreng, sop ayam, dan tongkol balado.

Setiap ibu masak, ibu selalu membuat sambal sebagai makanan pendamping, sambal buatan ibu menjadi primadona karena terasa begitu nikmat jika di gabungkan dengan makanan lain, seperti sebuah bumbu magis yang membuat setiap makanan menjadi lebih terasa enak ketika dimakan.

Namun setelah abang ku menikah dan pindah dari rumah, kini ibu terlihat murung dan tidak berselera lagi untuk memasak. Kami selalu memesan atau membeli makanan dari luar, walau makanan tersebut terasa enak, buat ku masakan ibu yang terbaik. Aku mengerti perasaan ibu yang sedih karena semakin dewasa seorang anak, ia akan meninggalkan rumah untuk memulai kehidupan yang lebih besar.

Melihat keadaan ibu yang murung, tentunya membuat ku tidak nyaman. Aku memutar otak bagaimana ibu bisa Kembali Bahagia. Pandemi yang tak kunjung usai juga membuat kami susah berkumpul Bersama secara utuh satu keluarga. Saat yang paling aku sedih Ketika ibu sudah tidak berselera untuk makan. Bahkan ke meja makan keluarga saja ibu sudah tidak mau, sepertinya ibu tidak mau melihat meja makan yang kini mulai kosong ditinggal oleh anaknya.  

Dengan melihat keadaan itu aku berinisiatif untuk mencari makanan yang bisa membuat ibu berselera Kembali. Aku ingin ibu bisa semangat dan Bahagia lagi seperti sebelumnya, aku teringat Ketika kami sering berkumpul Bersama, ibu selalu nikmat makan dengan sambal yang ia buat.

Maka aku memutuskan untuk mencari bahan sambal yang ibu sering buat, Ketika aku bertanya kakak tertua ku, ia bilang sambal buatan ibu mempunyai bahan utama yang penting yaitu terasi. Tetapi terasi itu bukan terasi yang beli di pasar, melainkan terasi yang ibu bawa Ketika Kembali dari kampung.

Mendengar hal itu berat rasanya, karena di masa pandemi ini sulit untuk Kembali ke kampung. Kampung ibu yang juga kampung halaman kami berada di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Tak pantang menyerah aku berusaha menelpon bibi ku yang berada di kampung, setelah kami berbicara bibi ku mau membantu dan mengirimkan terasi yang aku maksud.

Aku berpesan untuk membungkus terasi itu dengan rapi agar tidak gampang rusak, sehingga terlihat seperti layaknya sebuah paket kiriman, bibi ku menyetujuinya. Setelah beres dengan bungkusan bibi ku bertanya "paketnya mau di kirim lewat apa?" tanpa pikir Panjang aku menjawab "lewat jasa pengiriman JNE saja." Bibi ku sepakat dengan jawaban yang aku berikan.

Bibi ku berharap walau jarak yang lumayan jauh namun dengan paket terasi yang ia kirimkan bisa memberi kebahagian untuk ibuku, karena berbagi kebahagian bukan saja berupa materi namun bisa melalui tolong menolong.

Aku senang mendengar harapan bibi yang turut berpartisipasi untuk memberi kebahagiaan kepada ibuku, setelah dua hari menunggu, paket kiriman itu datang dengan selamat. Kurir yang membawa paketnya pun terlihat tidak asal Ketika mengirimkan paket tersebut, bahkan ia menanyakan nama yang mengambil paket tersebut, apakah sudah benar sampai dengan nama penerima.

Itu menyadarkan ku bahwa sistem pengiriman barang di Indonesia kini sudah sangat bagus dan tidak perlu diragukan lagi, terutama jasa pengiriman yang aku pakai yaitu JNE. JNE sudah ada selama 3 dekade di Indonesia, tentunya aku merasa JNE juga turut mengambil peranan dalam memberi kebahagian untuk masyarakat Indonesia, karena di setiap barang yang selamat sampai tujuan merupakan sebuah bentuk kepedulian dari JNE terhadap kebahagian dan kepuasan konsumen. Seperti paket terasi yang sampai dengan selamat di rumah ku.

Aku mengatakan kepada kakak dan abang ku untuk datang ke rumah agar bisa berkumpul Bersama dan memberikan kejutan untuk ibu. Tentunya dengan sambal terasi yang aku buat. Hari itu tiba, aku membuat sambal kesukaan ibu dengan resep yang diberikan oleh bibi ku. Kaka ku membawa ayam goreng, dan yang lain menyiapkan makanan pendamping lain yang ibu suka.

Siang itu ibu terlihat ibu sedang tidur di dalam kamar, aku membangungankan ibu ku untuk makan siang Bersama. Namun ibu terlihat tidak antusias, aku membujuk ibu Bersama dengan ayahku. Ketika ibu keluar ibu ku terkejut dengan adanya kakak dan abangku, meja makan terisi dengan lengkap. Ibu terlihat tersenyum sambal terheran. Kakak mengajak ibu untuk duduk dan makan bersama.

Ibu melihat ada sambal dan lalapan kesukaannya di meja makan. Ketika ibu mulai mencicipi sambal tersebut ia terdiam. Lalu senyum keluar terlihat Kembali dari bibirnya. Ibu sampai bertanya "Kenapa sambal ini terasa seperti sambal kampung yang ibu suka? Setau ibu terasi dari kampung sudah habis Ketika sebelum pandemi.'' Aku menjawab "Iya ini terasi dari kampung aku meminta tolong Bibi untuk mengirimnya melalui JNE." Ibu melanjutkan makannya, kami pun ikut makan Bersama. Kini rumah terasa hangat Kembali dengan suara canda tawa dari enam orang anak.

Tidak sampai disitu kami pun memesan sebuah hadiah yang juga dikirimkan melalui JNE, yaitu sebuah kebaya yang ibu sering lihat di toko online. Melihat kebaya itu ibu tidak percaya, seharusnya kebaya itu tidak datang secara sempurna karena banyak bahannya yang mudah copot jika terguncang keras. Aku menjelaskan Kembali kepada ibu, bahwa sekarang pengiriman JNE sudah sangat canggih dan teliti. Setiap barang yang mereka kirimkan tentu akan dijaga dengan sebaiknya sampai ke tangan penerima.

Setelah kembalinya kebahagian di wajah ibu kakakku dan abangku sepakat untuk seminggu sekali berkunjung ke rumah, aku pun akan lebih perhatian kepada ibu. Berbagi kebahagiaan kepada orang yang aku sayangi merupakan sebuah kewajipan yang harus dilakukan, karena aku percaya kebahagian yang kita berikan ke orang lain akan berbalik kepada diri kita sendiri.

Begitu pula menyantuni anak yatim, berbagi makanan dengan orang sekitar, dan saling tolong menolong merupakan kebahagian yang bisa kita lakukan di luar orang-orang yang ada di dekat kita. Sekecil apapun yang kita berikan jika itu membuat orang lain Bahagia maka itu sangat bermakna dalam kehidupan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun