Membuat jaringan pertemanan merupakan aspek terpenting dalam mencapai keberhasilan yang kita inginkan, maka orang-orang yang ada di sekitar kita menjadi pengaruh utama terhadap kepribadian diri kita. Selain itu, kita juga selalu dituntut untuk dapat mempunyai banyak teman, agar koneksi yang kita punya menjadi luas. Berangkat dari spirit itu, generasi muda saat ini berlomba-lomba memiliki teman sebanyak mungkin, dengan harapan koneksi yang mereka miliki dapat membantu mereka dalam mendapatkan pekerjaan ataupun bekerja sama dalam sebuah usaha.Â
Lalu dari banyaknya 'teman' yang kita miliki, manakah yang benar-benar menjadi teman kita? Bukan hanya sekedar memiliki banyak teman, kita juga harus sadar bahwa ada orang yang memberikan dampak buruk dan baik terhadap kita. Kenali orang-orang yang kita kenal lebih dalam seperti sifatnya, cara orang tersebut memperlakukan orang lain, dan pola pikirnya.Â
Usia muda memang waktu yang tepat mencari jati diri dan mencari jawaban mengenai hal-hal yang membuat kita penasaran, tentunya kita tidak bisa lepas dari teman-teman kita. Maka teman saat ini akan mempengaruhi kita di masa depan kelak.Â
Ironisnya dari orang-orang yang kita anggap sebagai teman ternyata mereka tidak menganggap kita sebagai teman mereka, sehingga koneksi atau jaringan yang kita harapkan dari mereka bertepuk sebelah tangan. Untuk itu kita harus mendeteksi adanya toksik dalam hubungan pertemanan yang kita miliki saat ini, mulailah dari sirkel terdekat kita. Â
Sadari Adanya Parasit
Kamu harus sadar mengenai sikap teman yang kamu miliki, apakah teman kamu hanya datang pada saat ia butuh saja atau tidak? Biasanya teman tipe seperti ini tidak sadar bahwa dia memulai sebuah percakapan dengan dalih meminta tolong, permintaan pertolongan ini akan datang dengan intensitas jarang sampai pada sangat sering dan perlahan-lahan menjadi sebuah kebiasaan.Â
Dari permintaan tolong yang wajar menjadi kurang ajar, bahkan sampai harus mengorbankan hal terpenting yang kita miliki. Dari sini kamu harus sudah mulai curiga akan teman yang kamu miliki, karena teman yang datang jika sedang ada butuhnya saja akan merasa paling kuat dengan memperalat kamu. Jika kamu meminta pertolongan kepada teman kamu ini, pastinya dia akan menolak bahkan menghilang seperti asap, lalu siapa yang kamu anggap teman, hantukah?. Â Ini merupakan benih dari hubungan pertemanan toksik yang kamu miliki.
Contoh dari teman parasit yaitu datang ketika meminjam uang, biasanya ia akan manis di awal dan seakan-akan ia dalam kondisi yang genting. Namun faktanya uang yang dipinjamkan itu ternyata untuk memenuhi kehidupan kelas atasnya saja. Contoh lain, seorang teman yang datang ketika ia sedang sulit dalam mengerjakan tugas, ia akan datang untuk meminta bantuan. Namun permintaan tersebut datang dari rasa malas yang ia punya. Sebaliknya jika kamu meminta bantuan tugas, chat kamu tidak dibalas atau hanya ditanggapi seadanya saja.Â
Cepat atau lambat teman seperti hanya menjadi parasit dalam hidup kita, karena ia akan merepotkan kita saja. Tanpa memberikan feedback yang baik. Jika kamu merasa teman kamu seperti ini, menjauhlah sekarang juga. Kamu berhak mendapatkan sebuah kebebasan, kebahagian, dan persamaan dalam sebuah pertemanan.
Walau kamu sadar bahwa teman mu ini adalah teman dekat yang sangat kamu kenal dan berada di sirkel terdekat. Sifat manusia tidak pernah ada yang tahu. Jadi kamu harus bersikap tegas, berikan nasihat dan tegur lah. Jika tindakan itu tidak menyadarkannya kamu harus dengan sepenuh hati tinggalkan teman tersebut.
Membandingkan Pencapaian KehidupanÂ
Kamu mempunyai grup chat atau sering nongkrong bareng dan ngobrol ngalor ngidul dengan suasana yang santai dan hangat. Itu merupakan hal yang baik, namun jika perbincangan yang kamu bahas hanya seputar keberhasilan dan pencapaian yang dimiliki maka kamu harus mulai sadar adanya toksik di dalam pertemanan itu.Â
Membicarakan mengenai adanya sebuah pencapaian dalam hidup adalah hal yang positif karena kita bisa menjadi termotivasi untuk bekerja lebih giat dan orang yang mendapatkan keberhasilan itu juga bisa mendapat apresiasi dari teman terdekatnya.Â
Keberhasilan yang dicapai memang seru untuk dibahas, namun itu akan menjadi bumerang ketika teman yang ada di dekat kita malah menjadi sombong dan angkuh dengan keberhasilan itu. Contohnya yakni, teman ini merasa bahwa keberhasilan yang ia capai sangat sulit sehingga hanya ia yang bisa. Biasanya teman seperti ini akan memamerkan keberhasilan lainnya yang ia capai. Hal itu bermuara pada merendahkan orang lain dan menjadi sombong.Â
Tentu sangat tidak nyaman mempunyai teman yang seperti itu, teman tipikal seperti ini merupakan toksik yang akan memecahkan sebuah persahabatan sehingga hubungan teman menjadi renggang dan malah untuk berkumpul dan nongkrong kembali menjadi susah.Â
Media Sosial Prioritas Utama
Tidak dipungkiri bahwa saat ini semua orang pasti mempunyai media sosial, baik itu digunakan untuk pertemanan atau bisnis. Dengan semua kedekatan hidup yang dilimpahkan pada media sosial maka kita tidak lepas dari adanya pertemanan media sosial. Maka kadar kedekatan pertemanan bisa diukur dari pertemanan media sosial.Â
Pertemanan yang sudah dekat pasti akan memfollow satu sama lain. Sehingga kita bisa tau konten apa saja yang teman kita posting di media sosial. Tanpa sadar adanya pertemanan toksik muncul dari media sosial. Kamu pasti pernah punya teman atau memang teman kamu yang seperti ini. seakan media sosial menjadi prioritas utama dibanding dengan sebuah hubungan pertemanan di dunia nyata.
Dia yang sering mengupdate kehidupan yang sangat bahagia dengan kehidupannya saat ini, seperti selalu memposting hal-hal yang berbau glamour agar citra yang terbangun yaitu ia sekarang sudah sukses dan berhasil di dunia pekerjaan. Sedangkan kamu sebagai teman dekatnya tau bahwa hidupnya seratus delapan puluh derajat berbeda dengan apa yang ia posting, di kehidupan nyata ia selalu mengeluh akan hidupnya kepada kamu, namun di media sosial ia sangat berbeda.Â
Kamu merasa prihatin dan simpati dengannya, tapi di media sosial ia tidak pernah memposting teman dekatnya bahkan yang selalu support ia ketika sedang berada di titik terendah. Jika kamu tahan dengan teman yang seperti ini, kamu merupakan orang yang hebat. Namun, hal ini tidaklah sehat dalam sebuah pertemanan. Kamu hanya dianggap sebuah pelampiasan dari hidup yang ia buat sendiri. Sehingga pertemanan ini juga merupakan pertemanan toksik.Â
Berteman dengan siapapun bukan hal yang buruk dilakukan, bahkan dapat menjadi salah satu pintu rezeki bagi kita. Tetapi kita harus cermat dalam memilah dan memilih siapakah yang menjadi orang terdekat kita.Â
Suatu saat ketika memasuki masa dewasa semua orang yang kita kenal akan tersaring dengan sendirinya, kita hanya bertemu dengan teman itu-itu saja. Pertemanan akan semakin sedikit dan sirkel menyempit. Itulah kehidupan yang sebenarnya kita akan kembali sendirian bahkan ketika di alam kubur. Sehingga teman seperjuangan yang bisa kita pilih menjadi teman seperjuang hidup adalah orang yang benar-benar tulus tanpa ada maksud tertentu, agar mereka bisa mengingat kita dan mendoakan kita ketika sudah tidak ada di dunia ini.Â
Deteksi pertemanan mu saat ini, apakah kamu mempunyai teman dengan tipikel yang ada di atas? Apa yang akan kamu lakukan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H