Mohon tunggu...
Panca Nur Ilahi
Panca Nur Ilahi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Rebahan

Limpahkan pemikiran dengan sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia dan Sisi Gelapnya

12 Maret 2020   20:00 Diperbarui: 12 Maret 2020   20:12 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia yang terlahir ke dunia bagaikan kertas putih yang belum ada coretan, ketika mereka hidup maka mereka akan mengisi kertas itu dengan tinta kehidupan yang mereka lalui, begitulah teori tabularasa mengatakan mengenai kehidupan manusia. 

Kehidupan saat ini sering kali tidak bisa diprediksi mengenai kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Begitu juga dengan perilaku manusia sungguh sangat sulit menilai perilaku manusia di era teknologi, yang mengharuskan setiap orang mempunyai kehidupan social didunia maya atau social media.

Banyak di antara kita memberikan kehidupan yang baik atau citra baik di media social, karena tidak ingin menjadi bahan perbincangan buruk untuk orang lain, lihat aja Instagram beberapa orang memposting kehidupannya terlihat sangat mewah dan senang. 

Namun di balik itu tidak ada yang tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi di hidupnya. Hidup dunia maya dengan sesungguhnya sangat bertolak belakang kita selalu ingin menjadi yang terbaik di antara orang lain. Bahkan ketika semua orang mempunyai barang keluaran terbaru maka setiap orang berlomba untuk bisa memilikinya.

Dengan persona yang ditampilkan kepada publik maka setiap orang akan berusaha untuk membuat persona tersebut dapat diterima oleh orang di sekelilingnya. 

Namun hal itu juga menimbulkan sebuah masalah dalam pergaulannya terutama masalah pada generasi muda, "Masalah itu di tandai dengan dua ciri yang berlawanan yakni keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme, delinkuens, dan sebagainya) dan sikap yang apatis (misalnya penyesuaian yang mebabi buta terhadap ukuran moral generasi tua). 

Sikap melawan mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang, sementara itu, sikap apatis biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat (Soekanto dan Sulistyowati, 2015:325).

Setiap perilaku manusia selalu berkaitan dengan lingkungannya, jika lingkaran pergaulannya baik pasti akan berdampak baik, begitu sebaliknya jika buruk maka menjadi buruk bagi individu tersebut. 

Tetapi pernahkah kita ketahui bahwa adanya seorang manusia atau individu yang memiliki dua sikap yang berbeda di masyarakat yang ia sembunyikan. Tidak dipungkiri mungkin kita juga merahasiakan sesuatu yang kita lakukan dan menyimpannya rapat-rapat dalam diri. Takut untuk menceritakannya karena itu adalah aib yang dilakukan dan terkadang tuhan lah yang kita ajak bicara untuk menceritakan hal itu.

Bagaikan sebuah sisi gelap dari diri manusia, bahwa manusia tidak selalu menjadi seorang yang baik dan suci, ada saja hal yang dilakukan karena adanya rasa penasaran yang sangat besar yang mendorong untuk melakukan hal itu. Bisa jadi hal itu melanggar norma masyarakat dan agama. Rasa ketakutan untuk dikucilkan dan tidak diterima di masayarakat bahkan di keluaraga sendiri terus menghantui diri kita. Apakah hal disembunyikan itu harus diketahui oleh keluarga? Sungguh sangat membingungkan bukan.

Perilaku yang mungkin biasanya disembunyikan adalah suatu tindakan yang akan mengecewakan keluarga seperti minum minuman alkohol (dalam setiap masyarakat berkembang pola sikap tertentu terhadap perilaku minum-minum dan secara tradisional minum-minum merupakan acara yang mempunyai berbagai fungsi untuk memperlancar pergaulan), pelacuran di mana seseorang memilih untuk memberikan sebuah jasa seksual kepada seseorang dengan bayaran yang telah disepakati perilaku ini dilkakukan untuk memenuhi gaya hidup pada pergaulannya.

Homoseksualitas atau LGBTQ, orang-orang dalam lingkaran ini biasanya sangat sulit mengungkapkan jati dirinya kepada masyarakat dan keluarganya terutama pada masyarakat Indonesia yang belum bisa menerima penyimpangan tersebut. Mereka memendam dan merahasiakannya namun merasa sangat galau bahkan bimbang akan jati dirinya, beberapa orang pada akhirnya mereka akan kembali kepada kodrat dirinya karena tidak ingin mengecewakan keluaraga.

Lalu apa sebab yang melatar belakangi munculnya sebuah perilaku menyimpang dan masalah social. Dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar dijelaskan bahwa masalah social dapat diklasifikasikan dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok social yang  bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan. 

Problem-problem yang  berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya. Penyakit misalnya, bersumber dari faktor biologis, kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya dari faktor ekonomis, faktor psikologis timbul persoalan seperti penyakit syaraf (neurosis), bunuh diri, diorganisasi jiwa dan seterusnya, sementara itu, persoalan yang menyangkut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik rasial, dan keagamaan bersumber pada faktor kebudayaan. (Soekanto dan Sulistyowati, 2015:314)

Sisi gelap yang dilakukan manusia dapat diketahui dari apa yang mereka rasakan pada masa lalu, mungkin saja mereka mendapat suatu traumatis atau suatu perilaku yang membuat perasaannya menjadi hancur sehingga berdampak pada sikapnya saat ini dan masa depannya. 

Keluarga yang tidak harmonis juga menjadi satu sebab dari tidakan peyimpangan yang dilakukan dari manusia tersebut. Cara mendidik orangtua kepada anak, ini juga menjadi berdampak pada psikologis seorang anak.

Bahkan orangtua tidak pernah tahu bahwa apa yang mereka lakukan terhadap anaknya membuat perasaannya menajdi terluka, sehingga luka tersebut membekas sampai ia dewasa dan anak ini akan mencari cara bagaimana ia bisa memperbaiki luka tersebut, maka beberapa orang akan mengambil jalan yang lebih dalam dan gelap dalam hidupnya, walaupun ia adalah anak yang baik tetap ia akan mencari jalan untuk bisa menemukan jalan dalam hidupnya.

Dafatar Pustaka
Soekanto, Soerjono dan Sulistyowati, Budi. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers: Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun