Tasya: "Tadi gua ke toilet terus ketemu putra mau turun, yaudah bareng putra deh"
(tasya temen sebangku Sinta tapi kalo dikelas lebih sering ngobrol sama putra, kadang gabung juga dengan kami namun tidak sesering Sinta)
Putra: "eh ikut dong kayanya seru deh makan bakso bareng gini"
Tasya; "yaudah kita ikut deh"
Kami semua mengiyakan dan menuju tukan bakso yang tidak jauh dari sekolah. Kami semua berlari keluar sekolah karena hujan cukup membuat kami menjadi basah kuyup. Singkat cerita kami semua makan bakso sambil cerita satu sama lain. Bahkan sampai pada masalah pribadi yaitu topik anak SMA percintaan.
Bonbon: "Dit kayanya lu jomblo terus deh, padahal kan lu anak Osis. Lu bisa pacarin  adek kelas"
Aku menjawab dengan malas; "Males ah pacaran, apalagi sama adek kelas, gua bukan Vadil yang suka tebar pesona ke adek kelas" (Vadil termasuk dalam badan pengurus harian Osis yang banyak ditaksir adek kelas),
Putra; "Terus sekarang lu lagi suka sama siapa? Â Bisa kali cerita ka kita temen sekelas sering nongkrong bareng kali aja bisa bantu dit, biar lug k jomblo terus"
Aku terdiam dengan pertanyaan itu, Â bahkan aku menanyakan hal itu kepada diriku sendiri, sebenarnya bagaimana perasaaan ku saat ini. Apakah aku benar-benar mencintai seseorang. Aku memandang Sinta, hanya dia yang selalu perhatian kepadaku. Dia juga yang selalu menemaniku dan mengerti sifatku.
Orang-orang selalu mengira aku dan Sinta pacaran karena memang kami selalu terlihat bersama terus, aku selalu membantunya dalam pelajaran serta khawatir ketika ia tidak bisa atau sedang terpuruk. Aku berpikir apa ini Cinta yang tak terlihat yang aku berikan kepada Sinta. Namun aku takut jika Sinta hanya menganggap aku sahabat jika aku mengatakan perasaan ini. Atau sebenarnya Sinta merasakannya namun tetap menyimpannya hemmm.
Sinta tiba-tiba menepuk ku "Dit kok bengong gitu ntar kesurupan aja"