Tidak bisa dipungkiri, kondisi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia berimbas ke berbagai lini kehidupan, tak terkecuali dunia sepakbola. Banyak sekali klub-klub sepakbola di banyak negara termasuk juga di Indonesia mengalami krisis ekonomi karena berkurangnya pemasukan ekonomi yang di dapat dari penjualan tiket masuk stadion, hak siar televisi, berkurangnya sponsor karena kompetisi yang tidak berjalan dan masih banyak faktor lainnya.
Pada masa awal pandemi, klub-klub sangat terbebani dengan penundaan kompetisi karena mereka juga harus memenuhi hak pemainnya yang masih terikat kontrak dengan membayar gaji kepada para pemain sedangkan kondisi keuangan klub pun tidak menentu disebabkan oleh ketidakjelasan kelanjutan kompetisi di tengah situasi seperti sekarang ini.Â
Akhirnya banyak klub yang tidak sanggup membayar gaji para pemainnya sehingga harus memutus kontrak para pemain yang disusul dengan semakin banyaknya pemain sepakbola yang pergi mencari klub lain di luar negeri yang sudah kembali menggelar kompetisi sepakbolanya walaupun dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Dalam kondisi seperti sekarang, klub-klub sepakbola seolah-olah ditantang dengan keadaan untuk tetap menjaga keseimbangan kondisi klub agar tidak terjerembab ke dalam jurang kebangkrutan. Bali United, sebagai satu-satunya klub sepakbola Indonesia yang sudah melantai di bursa efek, kerap menjadi tolak ukur tertinggi terhadap kondisi keuangan klub dalam negeri. Bagaimana tidak, untuk menunjang biaya operasional dan banyak keperluan lainnya, klub juara liga 1 Indonesia 2020 ini tidak hanya mengandalkan sponsor dan dukungan investor.
Berkaca pada dokumen prospektus di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bali Bintang Sejahtera Tbk., selaku perusahaan yang mengelola klub Bali United, punya beragam anak perusahaan yang bisa menjadi sumber pemasukan bagi klub. Mulai dari PT Radio Swara Bukit Indah yang bergerak di bidang penyiaran, PT Bali Boga Sejahtera yang punya bisnis Bali United Cafe, sampai PT Kreasi Karya Bangsa yang bergerak di sektor agensi sponsor olahraga.Â
Meskipun memiliki cakupan bisnis yang serba luas itu, namun kenyataannya tetap tidak bisa menyelamatkan Bali United dari dampak finansial akibat pandemi Covid-19. Untuk menyesuaikan diri dengan kondisi seperti ini, Bali United bahkan sampai harus ikut melakukan pemangkasan gaji karyawan, termasuk pemain dan ofisial tim.
Bergeser sedikit menuju Yogyakarta, klub PSS Sleman memiliki cara tersendiri dalam menghadapi masalah yang terjadi di masa pandemi. Mereka memanfaatkan dunia digital yang banyak diakses oleh anak muda untuk melancarkan bisnis mereka agar tetap bisa bertahan dalam kondisi saat ini. Hal tersebut terungkap dalam sebuah webinar Sepakbola di Masa Pandemi, Strategi Putar Otak di Era New Normal yang digelar oleh Jurnalis Olahraga Yogyakarta dengan PT PSS pada Sabtu (26/9) yang menghadirkan Direktur Utama PT LIB, Akhmad Lukita Hadian, narasumber Sigit W dari CARFix, Leonardo (Manajemen Bisnis dan Komersial PSS Sleman), dan Yusuf Kurniawan, seorang pengamat sepakbola nasional.
Leonardo menyebut PSS memang kemudian mengalihkan kegiatan mereka ke ranah digital, salah satunya dengan membentuk tim E-Sport. Selain itu juga dengan memaksimalkan media sosial mereka. "Live Ig dengan para pemian itu respon cukup baik, kita infrastruktur juga cukup baik, poin dari manajemen kita lebih profesional, karena target di 2020 ini masuk lima besar, jadi kami ingin tunjukkan bahwa saat ini ada perubahan profesional di tubuh PSS. Jadi infrastruktur konten kita buat kreatif untuk teman-teman sponsor dan suporter", demikian paparnya. Namun, dengan dihentikannnya kompetisi liga 1 Indonesia 2020 pada pekan-pekan awal pelaksanaannya membuat target PSS juga belum bisa tercapai.
Jika dilihat dari media sosial PSS Sleman, salah satunya Instagram, akhir-akhir ini mereka gencar melaksanakan berbagai program guna memaksimalkan potensi pada media sosial mereka. Program PSS x UMKM adalah salah satu program yang mereka luncurkan untuk membantu memasarkan produk dari berbagai umkm yang bekerjasama dengan PSS. Program ini digagas dengan menyaring beberapa umkm yang mendaftarkan diri sebagai partner, hal tersebut memunculkan sedikit harapan bagi para pelaku umkm untuk bisa tetap hidup di tengah ancaman Covid-19 yang kian meresahkan.
Contoh diatas merupakan sedikit dari sekian banyaknya kondisi klub yang terus berusaha menjaga klub untuk tetap hidup, meskpiun banyak klub sepakbola di Eropa yang sudah mulai bangkit dengan berbagai cara mereka masing-masing.
Wacana untuk memulai kompetisi liga 1 Indonesia kembali muncul belakangan ini, namun masih terkendala ijin dari pihak kepolisian untuk menyelenggarakan kompetisi kasta tertinggi di Indonesia tersebut. Dengan Komjen Listyo Sigit yang muncul sebagai calon tunggal Kapolri diharapkan bisa memberikan solusi terbaik untuk kelanjutan kompetisi sepakbola di Indonesia, hal ini tentunya momen yang ditunggu-tunggu oleh semua kalangan tak terkecuali oleh para klub yang mengharapkan kepastian dari kelanjutan kompetisi agar mereka bisa tetap menjalankan aktivitas sebagai klub sepakbola profesional.