2. Pangeran Ali Bin Al-Hussein
Dibandingkan Blatter, Pangeran Jordania ini jauh lebih muda. Usianya baru 39 tahun. Meski demikian ia telah menempati posisi strategis sebagai anggota komite eksekutif di FIFA sejak 2011 lalu. Sebelumnya ia terpilih sebagai wakil presiden FIFA untuk bagian Asia.
Putra ketiga almarhum Raja Hussein itu, menjabat presiden FA Jordania sejak berusia 25 tahun.
Di tingkat domestik ia melakukan sejumlah revolusi di antaranya mengkampanyekan perempuan muslim boleh menggunakan hijab dalam bermain sepak bola.
Ia juga mendirikan badan Yayasan Pembangunan Sepak Bola Asia, organisasi nirlaba yang menolong mengembangkan sepak bola di kalangan akar rumput di Asia.
Berbagai tindakan dan pengalaman yang ada, sang pangeran tentu mendapat dukungan dari publik Asia. Bukan tidak mungkin sejumlah asosiasi sepakbola dunia lainnya pun mendukungnya lantaran kehadiran tokoh muda berpengalam seperti Pangeran Ali bisa membawa harapan baru di tubuh FIFA.
3. Jerome Champagne
Pria asal Prancis ini bukan orang baru dalam dunia sepakbola dan keorganisasiannya. Ia memiliki karir diplomatik hingga bergabung dengan FIFA pada 1998. Posisinya terus meningkat hingga menempati jabatan Sekjen namun akhirnya lengser pada 2010.
Tokoh 56 tahun itu secara resmi memaklumkan keinginannya menjadi presiden FIFA pada Januari 2014. Berbagai pro dan kontra bermunculan menyusul keinginannya itu.
Meski demikian, Champagne telah menorehkan catatan positif dalam dunia sepakbola ketika berjuang mencari jalan keluar penyelesaian masalah politik yang membelit sepakbola Palestina, Kosovo dan Siprus.
4. Michael van Praag