"Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!" Â
                                        -Soekarno-
Keyakinan Soekarno berpuluh tahun lalu itu terjawab hari ini. Berbagai kreativitas anak muda Indonesia mewarnai wajah perekonomiannya. Sebutlah Nadiem Makarim, William Tanuwijaya, Achmad Zaky, dan Ferry Unardi. Empat pemuda perintis bisnis start up yang kini berhasil masuk  jajaran 'unicorn', yakni start up dengan valuasi di atas US$1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun.
sumber foto : bbc.com
Industri 4.0 dalam Kegiatan Ekonomi Kreatif
Mereka adalah kreator yang menghasilkan uang dari ide-ide yang dulu dianggap gila oleh banyak orang. "Bagaimana mungkin hanya dengan santai di rumah kita bisa pesan ojek, taksi, makanan, bahkan membeli komputer hanya dengan sentuhan jempol?"
Ide-ide gila ini memanfaatkan media sosial sebagai anak dari internet of things dan big data. Dalam media sosial, dunia menjadi desa kecil yang bisa menghubungkan siapa saja dan dari mana saja menjadi saling mengenal dan saling memenuhi kebutuhan. Inilah cara kerja ekonomi kreatif: kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi. Â Â
Masuknya empat bisnis start up asal Indonesia dalam jajaran unicorn tidak lepas dari dukungan pemerintah memberi keleluasaan bagi anak-anak muda menunjukkan jati dirinya. Di tahun keempat ekonomi Indonesia kreatif, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menandainya sebagai tahunnya anak muda.  Mengapa anak muda? Karena mereka berkontribusi pada kemajuan ekonomi kreatif di negeri ini. Siti Meiningsih, Direktur Pengelolaan Media Informasi Kominfo memaparkan pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia sebesar  5,76 persen melampaui pertumbuhan sektor listrik, gas, air bersih, dan sektor industri lainnya.
Potensi Ekonomi Kreatif di Indonesia
Potensi ekonomi kreatif datang dari generasi milenial. Â Besarnya potensi ini harus bisa dikembangkan sebaik-baiknya oleh orang muda sebagai pelaku ekonomi digital. Lagi-lagi amat sangat disayangkan jika pemerintah takbisa mengelola dengan sebaik-baiknya bonus demografi 2020-2040 yang dimiliki negeri ini. Bonus demografi yang melimpah ini semestinya membuka mata para pemangku kebijakan mengapa orang muda menjadi tonggak kemajuan pembangunan bangsa.
Andoko Darta, Tenaga Ahli Kominfo, membagi orang muda dalam lima kelompok :
1. Kelompok peduli yang selalu ingin menolong orang lain.
2. Kelompok kreator yang selalu ingin menciptakan sesuatu
3. Kelompok orang biasa-biasa saja
4. Kelompok pahlawan, mereka yang berjuang untuk kehidupan orang lain
5. Kelompok cendekiawan yang rajin sekolah
6. Kelompok eksplorer yang mengabdikan hidupnya untuk berjalan-jalan ke banyak tempat
Lima kelompok ini mempunyai andil dalam kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia sesuai keahliannya masing-masing. Kelompok peduli bisa menjadi relawan, misalnya pemuda-pemuda yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Sementara itu, kelompok kreator adalah mereka yang mengembangkan ide-idenya dalam bisnis start up yang semakin marak kita jumpai. Selain start up, blogger, penulis buku, dan desainer grafis pun masuk dalam kelompok kreator.
Bagaimana dengan kelompok orang biasa yang umumnya adalah pekerja? Mereka pun berperan penting dalam pertumbuhan dan kemajuan ekonomi kreatif. Merekalah yang membantu jalannya ekonomi kreatif, seperti dari sisi perizinan, produksi, dan sebagainya. Contohnya adalah aparatur sipil negara dan driver ojek online.
Kelompok pahlawan bisa kita jumpai pada mereka yang memperjuangkan sesuatu untuk keberlangsungan kehidupan, baik manusia maupun budaya. Sebutlah bidan yang berdinas di pedalaman atau seniman yang menjaga kelestarian budaya dengan kondisi seadanya.
Nah, kelompok cendekiawan ini perannya penting lho. Dari ilmu yang mereka miliki, mereka bisa mengkaji pola-pola perilaku masyarakat dalam perkembangan ekonomi kreatif. Hasil kajian ini membantu stakeholder untuk memutuskan kebijakan yang tepat dalam sistem ekonomi kreatif di Indonesia.
Kelompok eksplorer sangat berperan dalam memajukan pariwisata di Indonesia. Kelompok explorer inilah yang membantu pesatnya bisnis Traveloka. Kemudahan akses pembelian tiket, penginapan, dan panduan destinasi wisata sangat dibutuhkan kelompok ini.
Fokus pangkal Sukses
Pertanyaan selanjutnya adalah "Kamu ingin jadi apa?'
Bagaimana caranya mengidentifikasikan diri ada di kelompok apa? Kenali minat, bakat, dan cita-cita. Setelah itu, fokuslah pada pilihan. Fokus pangkal kesungguhan. Fokus itu pula yang membawa orang-orang muda sukses di jalannya. Â
Dukungan pemerintah terhadap perkembangan ekonomi kreatif tampak pada pembangunan infrastruktur yang optimal. Kemudahan transportasi dan komunikasi, seperti pembangunan jalan, bandara, ruang-ruang publik, dan kemudahan mengakses internet adalah sedikit contoh.
Kemajuan ekonomi kreatif di negeri ini kelak akan mampu membawa Indonesia keluar dari kelompok negara middle trap. Tidak hanya itu,  PicewatehouseCooper bahkan memprediksi Indonesia menjadi negara maju dan makmur pada tahun 2045 (PricewaterhouseCooper2018).  Inilah saatnya semua pihak berkolaborasi karena kolaborasi adalah kunci menuju Indonesia sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H