Potensi ekonomi kreatif datang dari generasi milenial. Â Besarnya potensi ini harus bisa dikembangkan sebaik-baiknya oleh orang muda sebagai pelaku ekonomi digital. Lagi-lagi amat sangat disayangkan jika pemerintah takbisa mengelola dengan sebaik-baiknya bonus demografi 2020-2040 yang dimiliki negeri ini. Bonus demografi yang melimpah ini semestinya membuka mata para pemangku kebijakan mengapa orang muda menjadi tonggak kemajuan pembangunan bangsa.
Andoko Darta, Tenaga Ahli Kominfo, membagi orang muda dalam lima kelompok :
1. Kelompok peduli yang selalu ingin menolong orang lain.
2. Kelompok kreator yang selalu ingin menciptakan sesuatu
3. Kelompok orang biasa-biasa saja
4. Kelompok pahlawan, mereka yang berjuang untuk kehidupan orang lain
5. Kelompok cendekiawan yang rajin sekolah
6. Kelompok eksplorer yang mengabdikan hidupnya untuk berjalan-jalan ke banyak tempat
Lima kelompok ini mempunyai andil dalam kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia sesuai keahliannya masing-masing. Kelompok peduli bisa menjadi relawan, misalnya pemuda-pemuda yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Sementara itu, kelompok kreator adalah mereka yang mengembangkan ide-idenya dalam bisnis start up yang semakin marak kita jumpai. Selain start up, blogger, penulis buku, dan desainer grafis pun masuk dalam kelompok kreator.
Bagaimana dengan kelompok orang biasa yang umumnya adalah pekerja? Mereka pun berperan penting dalam pertumbuhan dan kemajuan ekonomi kreatif. Merekalah yang membantu jalannya ekonomi kreatif, seperti dari sisi perizinan, produksi, dan sebagainya. Contohnya adalah aparatur sipil negara dan driver ojek online.
Kelompok pahlawan bisa kita jumpai pada mereka yang memperjuangkan sesuatu untuk keberlangsungan kehidupan, baik manusia maupun budaya. Sebutlah bidan yang berdinas di pedalaman atau seniman yang menjaga kelestarian budaya dengan kondisi seadanya.