Mohon tunggu...
Juanda Pandawa
Juanda Pandawa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

membangun peradanban dan hati dan cinta di http://juandapandawa.tk/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerakan Mahasiswa dalam Distorsi Nilai Perjuangan

3 April 2012   13:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:05 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam memahami pola gerakan kebangsaan kita, mestinya ada titik balik dari konsep gerakan secara proporsional, mulai dari konsep gerakan pra kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan reformasi. Dalam pra kemerdekaan embrio gerakan difokuskan pada pola kekuatan pengetahuan ( knowledge power) dalam menuju kemerdakaan manusia Indonesia, sedangkan pada masa orde lama gerakan difokuskan pada pembenahan kebangsaan kita baik internal maupun eksternal, hal ini didasari pada kenyataan bahwa telah terjadi kemelut politik luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah serta politik dalam negeri mulai dari ancaman disintegrasi oleh gerakan kiri maupun gerakan kanan dalam persepsi pemerintah pada saat itu. Serta gerakan pada orde baru yang dipusatkan pada kondisi kediktatoran SOEHARTONIS yang membungkam proses demokrasi di Indonesia, adapun gerakan reformasi yang diharapkan menjadi momentum awal dari demokrasi Indonesia sampai hari telah gagal membawa perubahan yang signifikan bagi bangsa ini. Sedikit gambaran diatas, telah memberikan titik terang tentang arah dan esensi dari sebuah gerakan sampai hari ini, dimana para lakon diatas adalah mayoritas golongan intelektual ( mahasiswa), dan itu adalah paradigma gerakan secara nasional. Sehingga indicator sukses gerakan secara substansi ada pada realitas social di masyarakat.
Pada dasarnya, pahaman yang selama ini terbangun bahwa kegagalan gerakan akibat krisis kader adalah sebuah kesalahan berpikir yang seolah merampas kesadaran kritis kita secara personal maupun kelembagaan. Padahal itu adalah efek dari terbangunnya kesadaran naïf yang mengakibatkan terjadinya distorsi nilai-nilai perjungan, bisa ditebak apa yang akan terjadi selanjutnya kala paradigma itu menjadi landasan epistimologi dalam memahami realitas disekeliling kita. Keberhasilan membangun peradaban yang memanusiakan manusia adalah pencapaian yang sangat fenomenal dalam dunia gerakan, yang salah satunya adalah gerakan awal lahirnya Indonesia secara de facto sejak 1920 sampai tahun 1945, setelah itu carut marut gerakan mahasiswa terus terjadi sampai saaat ini, tapi semua adalah nostalgia yang terjadi dimasa lalu, sebuah budaya yang sampai hari ini masih terus ada, budaya yang selalu tenggelam dibalik kebesaran masa lalu. Distorsi gerakan mahasiswa secara universal telah mengkebiri hak rakyat pada dasarnya, dan merupakan pelecehan pada fungsi dan tanggung jawab mahasiswa itu sendiri pada umumnya, ada beberapa alasan yang menjadi variable utama penyebab tersebut:
a) Paradigma sentralistik, materialistic.
Pandangan ini telah memasung telaah kritis mahasiswa yang mengakibatkan terjadinya pola pikir hari ini( penyebab stagnasi ekonomi Indonesia sebagai buah imperialism modern) dan kecenderungan hegemoni disegala bidang secara totalitas
b) Paradigma pragmatism dan konsumerisme
Sebuah pola pikir yang kecenderungan membangun sikap egoism dan perilaku hidup yang yang bersifat hura-hura sehingga menggiring kearah sikap hedonisme.
c) Pop culture dan apatisme
Gaya hidup yang disandarkan pada kondisi pop ala barat serta sikap ketidak pedulian social. Hal ini merupakan awal dari kehancuran gerakan social dimana-mana
Oleh sebab itu, diperlukan sebuah proteksi dini dari LK secara keseluruhan sebagai bagian dari upaya membangun kaderisasi yang berkesinambungan. sehingga control social, agen of change, moral force, dan fungsi-fungsi mahasiwa lainnya bisa kembali dihidupkan, tidak dengan kondisi sekarang yang seakan mati suri dalam kebanggaannya.
“diam adalah ketertindasan itu sendiri, maka jangan cuma tunduk, patuh, dan pasrah memaknai realitas social dimana penindasan itu hadir”!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun