Besar badannya hampir memenuhi seisi Pulau Bali
Tubuhnya berdiri kokoh tak tergoyahkan
Menjulang tinggi ke Langit,
Menancap dalam menyentuh inti Bumi
Tak terbayangkan bagaimana cara kita memeluknya
Sedang tangan kita pun t'lah kotor, akibat noda kekejaman
Di balik megahnya Gunung Agung
Terlihat puncaknya yang kecil
Bahkan sangking kecilnya,
Mata pun tak sanggup melihat apa yang ada di atas sana
Di bawah sini kita terdiam,
Serasa bergerak kian kemari padahal,
Kaki ini malah mengakar bagai semak belukar
Maka,
Sudahkah kita tersadar, tuk mendaki Gunung Agung Itu?,
Mulailah dari sekedar langkah kecil barang sedepa
Menuju jalur terjal pendakian nan Sunyi
Melipir, melalui jalan-jalan kecil nan Sejati
Seirama kicauan burung, senada auman serigala, dan seharmoni riuh daun yang saling bergesekkan
Bersama kita saling membantu,
Berbagi uluran tangan pada saudara, kawan atau bahkan lawan
Karena tak selamanya kita hidup dalam prasangka
Tak selamnya kita di tutupi oleh bayang-bayang rimba
Biarlah batu-batu itu menimpa kaki ringkih ini
Biarlah deru angin menerpa kulit kita nan rapuh
Biarlah dinginnya hawa menusuk-nusuk tulang yang lama terbalut daging penuh dosa
Karena cinta Gunung Agung,
Menyelimuti seluruh hati Manusia
Memberi Kasih pada siapa yang mau mendaki,
Dan Memeluk Mesra mereka yang gugur di Jalan-Nya
Lelah,
Kaki dan seluruh badan ku lelah
Maka saat itu Puncak-Nya Mendekat
Menemani kita, tuk selalu ingat Kepada-Nya
Brebes, 5 April 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI