Setiap depa dalam hidupku
Aku dermakan untukku belajar,
Tentang tugas kita berkebun di bumi
Timbul pertanyaan yang sering terucap
Apa yang sebenarnya kita tanam?
Apakah benalu, putri malu, atau belukar penuh duri?Sedang padi pun sulit didapat
Ladang telah dipenuhi ilalang,
Rumput gajah, dan sampah
Hampir tak ada ruang benih ini ku semai
Aku berusaha menemukan sejengkal tanah
Tak luas tak apa,
Paling tidak tugasku menanam padi untuk makan keluargaku cukup
Kalaupun jika Sang Maha Sejati memberi lebih
Setidaknya aku ingin berbagi tanah itu bersama kawan dan saudara
Susah sekali berjalan di tengah geliat tanah penuh lumpur,
Bercampur kotoran hewan-hewan,
Yang setiap hari memakan kotorannya sendiri
BumiMu memang luas, dan terhampar seakan tak berujung
Namun mengapa perasaanku sempit?
Barangkali ku perlu sesekali mengudara
Melihat bulatan Dewa yang setiap waktu setia berputar
Berdendang bersama Mentari dan Bulan
Selaras dalam simfoni Semesta Raya
Di Bumi aku berpijak
Pada langit tugas ku junjung
Kulakukan baktiku tulus
Dan kupersembahkan sebutir upa
Sebagai tanda cintaku padaNya
Semarang, 12 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H