7. Keterhubungan Emosional
Dengan keakraban Semar terhadap rakyat, terbentuklah ikatan emosional yang kuat. Pemimpin yang menerapkan gaya ini mampu merasakan dan memahami perasaan serta kebutuhan orang lain, sehingga dapat berempati dan memberikan dukungan yang diperlukan.
Gaya kepemimpinan Semar cocok diterapkan oleh pemimpin pemerintahan di tingkat lokal maupun nasional yang bertanggung jawab kepada rakyat, terutama mereka yang ingin memimpin dengan hati nurani dan mengedepankan nilai-nilai pengabdian kepada masyarakat. Model ini juga sesuai bagi pemimpin perusahaan atau organisasi yang menekankan manajemen berbasis manusia, untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan berorientasi pada kesejahteraan karyawan Dalam dunia kerja yang semakin kompleks, menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan berfokus pada kesejahteraan karyawan menjadi sangat penting. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan Semar, pemimpin dapat membangun tim yang solid, meningkatkan produktivitas, serta menciptakan budaya organisasi yang positif. Tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh dalam komunitasnya juga bisa menerapkan gaya ini, karena mereka diharapkan dapat membangun hubungan yang harmonis serta memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat sekitar.
Tiga Dokrin Tiga Sikap Mental & Jiwa dalam Ajaran Semar mencerminkan nilai-nilai penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kepemimpinan. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga dokrin tersebut :
1. Tadah (Hanya Tuhan)
Doktrin ini menekankan sikap tawadhu dan syukur kepada Tuhan. Dalam konteks ini, "Tadah" berarti menerima segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan dengan hati yang lapang, tanpa pamrih atau mengharapkan imbalan. Seseorang yang menghayati doktrin ini akan selalu menyukuri kondisi apa pun yang dihadapi, baik itu baik atau buruk, dan memahami bahwa segala sesuatu memiliki hikmah dan pelajaran yang berharga. Sikap ini mendorong individu untuk hidup dengan kesadaran spiritual dan menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini berasal dari Tuhan.
2. Pradah (Memberi kepada Sesama)
Pradah mengajak individu untuk mencintai dan memberi kepada sesama tanpa mengharapkan balasan. Ini mencakup tindakan ikhlas dalam berbagi, baik dalam bentuk pikiran, harta, maupun dukungan moral. Dengan mempraktikkan Pradah, seseorang menunjukkan kepedulian dan empati terhadap orang lain, menciptakan hubungan yang harmonis dalam masyarakat. Sikap ini memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan saling mendukung, yang pada akhirnya membangun komunitas yang kuat dan solid.
3. Ora Wegah (Tidak Pemalas)
Doktrin ini menekankan pentingnya etos kerja dan disiplin. "Ora Wegah" berarti tidak menunda-nunda pekerjaan dan siap untuk mengambil tanggung jawab tanpa pilih-pilih. Seseorang yang mengamalkan sikap ini akan aktif dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang dihadapi, serta tidak menghindar dari tanggung jawab. Hal ini menciptakan produktivitas dan efisiensi dalam kehidupan sehari-hari, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.