Ibu
Matahari yang selalu menghangatkan
meski duniaku berbalut mendung
Saat aku terluka, engkau mencium anyirnya
Memberiku dekap hangat, menyelimuti doa meski jarak memisahkan
Sapamu menyejukkanÂ
walau kadang kata-katamu membuatku menangisÂ
namun suara bijakmu meluluhkan amarahku
Ibu
Tanganmu selalu terulur kala air mataku menetes, menghapus dengan kasih sayang
Atas nama cinta yang jujur dan murni
Senantiasa menjagaku dalam dekapan kasihmu
Meski hati dan hidupmu berbalut luka Â
kau selalu menampakkan senyum untuk menguatkanku
Ibu bagiku pelita yang  menyalakan ibarat cahaya abadi
Menjagaku dengan penuh rasa aman dan memberiku nyaman yang hakiki
Menghabiskan waktu hingga tak peduli rambut telah memutih, keriput kulit pun kau abaikan untuk membuatku bahagia
Kaulah yang memberiku rajutan kisah.Â
Hingga malaikat pun rela menjadi pelindungku, karena cintamu.
Memberi waktu di setiap senganggmuÂ
selain bercumbu dengan Tuhan-mu
Akulah permata jiwamu, melukis hati dengan syukur yang tak berkesudahan.
Penebar bunga cinta bermekaran, memupuk dan terus merawatnya
walau kadang aku abaiÂ
Senantiasa memikirkan yang lain sebelum memikirkan dirimu sendiriÂ
Aku mencintaimu tanpa syarat,Bu. Engkaulah pahlawan bagiku.
Wonosobo, 10 November 2021
Karya ini diikutsertakan dalam rangka event Rumah Pena Inspirasi Sahabat untuk memperingati Hari Pahlawan tahun 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H