Mohon tunggu...
Gendis Pambayun
Gendis Pambayun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan peramai dunia dan pengedukasi kesehatan jiwa

Seorang penyuka makanan pedas, penyuka seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menyulam Luka

17 September 2021   14:41 Diperbarui: 19 September 2021   15:59 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

melewati senja bersama kopi

menyulam kata tak jua terangkai

berzikir khusuk, mencipta puisi

malam semakin memeluk kelam

derum jantung memburu

lukisan kisah terbayang mata

menggetarkan jiwa

lampu-lampu langit gemerlap 

mengerjap, memberi senyuman

wajahmu membayang saat memberiku tanya

"masih sanggupkan hatimu, jika aku mendua untuk jadi hamba yang baik?'

membagi rasamu dengan yang lain atas nama Tuhan

ikatan macam apa, jika masih bertopeng 

mengatas namakan agama untuk syahwat?

menoreh luka yang kau kata Ibadah.

mengatas namakan cinta  untuk kesenangan belaka

jangan anggap ini hari raya

bersalam-salaman lalu meminta maaf

saat luka sudah membarut

darah  mencicik

lepas adalah pilihan, daripada menyulam luka.

Wonosobo, 17 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun