melewati senja bersama kopi
menyulam kata tak jua terangkai
berzikir khusuk, mencipta puisi
malam semakin memeluk kelam
derum jantung memburu
lukisan kisah terbayang mata
menggetarkan jiwa
lampu-lampu langit gemerlapÂ
mengerjap, memberi senyuman
wajahmu membayang saat memberiku tanya
"masih sanggupkan hatimu, jika aku mendua untuk jadi hamba yang baik?'
membagi rasamu dengan yang lain atas nama Tuhan
ikatan macam apa, jika masih bertopengÂ
mengatas namakan agama untuk syahwat?
menoreh luka yang kau kata Ibadah.
mengatas namakan cinta  untuk kesenangan belaka
jangan anggap ini hari raya
bersalam-salaman lalu meminta maaf
saat luka sudah membarut
darah  mencicik
lepas adalah pilihan, daripada menyulam luka.
Wonosobo, 17 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H