Rombongan berlimabelas diantar oleh Prof. Imam, datang mengunjungi beberapa sekolah dan dua universitas di kota Tottori. Setelah selesai dengan kunjungan utama, kami berkesempatan mampir ke  Kyoto dan Osaka.
Sebenarnya pengalaman saya berikut bukan bagian dari kunjungan yang terjadwal dalam program ini. Saya, atas inisiatif sendiri, mencoba mengunjung masjid di sela sela jadwal yang padat.
Ketika di kota Tottori saya sudah mencoba mengunjungi masjid terdekat yang muncul dalam hasil pencarian Google. Waktu menjelang magrib  adalah saat yang saya pilih untuk mencoba mendatangi masjid. Berbekal alamat dari Google tadi saya putuskan untuk menggunakan taxi, dalam benak saya agar dapat lebih cepat sampainya. Setelah mendapatkan taxi langsung saya tunjukan alamat masjid ke pak drivernya, sayangnya pak driver taxinya tidak dapat berbahasa inggris, waktu itu belum terpikir untuk menggunakan Google translate. Jadi saya pasrahkan sepenuhnya perjalanan saya ke pak driver dan bodohnya waktu itu saya tidak mengaktifkan aplikasi peta untuk memantau arah tujuan taxi.
Mungkin saya agak kalut waktu itu Karena saya melakukan perjalaanan ini tanpa pamit kepada siapapun dalam rombongan. Muncul juga kekhawatiran kalau sampai waktu jadwal kegiatan berikutnya saya belum sampai kembali ke hotel tempat menginap, yang tentu saja akan  menyebabkan keributan nantinya.  Sampailah taxi ke alamat yang saya berikan dan sopir taxi hanya menunjuk sebuah bangunan tanpa dapat saya tangkap dengan jelas maksudnya. Mau tidak mau saya turun dan kemudian mencoba mendatangi gedung yang ditunjuk si sopir taxi tadi. Tidak ada sama sekali petunjuk yang mengarah pada adanya sebuah masjid di situ. Ketika ada warga lokal saya mencoba menanyakanya dengan Bahasa Inggris, namun tidak diperoleh jawaban karena sepertinya mereka tidak mengerti dengan pertanyaan saya. Saya mulai khawatir dengan waktu yang terbatas tidak akan dapat kembali ke hotel jika terus melanjutkan pencarian. Akhirnya saya putuskan untuk pulang bailk ke Hotel dan karena sebelumnya saya sempat eksplore daerah sekitar situ lewat Map, saya tahu ada stasiun kereta yang cukup dekat dengan lokasi ini. Saya berhasil Kembali ke hotel tepat waktu untuk mengikuti agenada selanjutnya malam itu tanpa seorang pun dalam rombongan tahu bahwa saya habis kluyuran sendiri.
 Upaya kedua saya lakukan di kota Osaka, persinggahan terakhir setelah sebelumnya mampir di kota Kyoto. Di kota Kyoto tidak ada kesempatan luang sehingga tidak sempat terpikir untuk mencoba mencari masjid di sini.
Acara di kota Osaka sudah tidak terlalu padat dan banyak jeda yang cukup panjang. Muncul lagi niat untuk berkunjung ke masjid. Â Keberadaan di kota Osaka adalah kesempatan terakhir untuk dapat mewujudkan niat itu karena dari kota Osaka ini kami akan kembali pulang ke Indonesia melalui bandara Kansai.
Saya sempatkan untuk eksplore keberadaan masjid di kota Osaka ini, ada dua masjid yang saya dapati dari Googling, saya putuskan untuk mengunjungi yang terdekat. Saya pelajari petunjuk perjalanan dari hotel ke masjid Osaka dengan seksama agar tidak terulang kembali kejadian di kota Tottori. Dari petunjuk perjalanan yang saya dapat, perjalanan ke masjid Osaka ini dapat dilakukan dengan moda kereta, meskipun harus transit di salah satu stasiun untuk berganti kereta. Setelah saya pahami rute dan kereta yang harus saya naiki saya berangkat sendiri lagi dan tanpa pamit lagi ke anggota rombongan yang lain.
Kali ini saya lebih pede dan tidak khawatir karena jadwal malam yang ada hanya makan malam bersama saja dan boleh tidak diikuti. Meskipun sudah lebih pede tapi saya tetap tidak berani mengajak yang lain untuk ikut dalam perjalanan ke masjid Osaka ini, ada resiko mengecewakan orang yang saya ajak jika ternyata nantinya tidak sampai ke masid yang dituju. Akhirnya saya berangkat sendiri dengan jeda ke waktu magrib sekitar satu jam, perjalanan diperkirakan oleh aplikasi sekitar 25 menit. Setelah sukses naik dan transit berganti kereta sesuai petunjuk aplikasi, sampailah di stasiun yang terdekat dengan lokasi masjid. Saya turun tapi tidak langsung menggunakan aplikasi untuk menuju masjid. Saya masih pede untuk mencoba bertanya ke warga local yang saya temui tapi kembali saya mendapatkan jawaban yang tidak saya pahami. Akhirnya saya buka aplikasi dan mengikuti petunjuk arah darinya. Setelah berjalan jurang lebih sepuluh menit sampailah saya di Masjid Osaka. Alhamdulillah terkabul niat untuk berkunjung ke masjid di Jepang.
Di sekitar masjid ternyata ada beberapa  warung makan halal yang dipunyai saudara muslim dari Pakistan. Saya sempat mampir mencoba makanan dari salah satu warung makan tadi karena masih ada cukup waktu hingga waktu magrib tiba. Bahkan saya sempat bertemu dan mengobrol sebentar dengan beberapa jamaah masjid selesai makan. Salah satu jamaah masid tersebut ternyata berasal dari NTB Indonesia, Fahri namanya dan sudah tinggal di Jepang selama hampir sepuluh tahun.  Dari keterangan Fahri jamaah terbanyak di masjid Osaka ini berasal dari Pakistan ada beberapa dari Indonesia dan sedikit jamaah penduduk asli Osaka.
Setelah mengikuti sholat jamaah Magrib dan saya lanjut jamak dengan Isya, lalu saya Kembali ke hotel dengan perasaan puas bahwa perjalanan jauh saya ke Jepang yang notabene bukan negara muslim di mana keberadaan masjid masih sangat sedikit, saya dapat berkunjung dan beribadah di salah satunya, meskipun hanya sebentar.
Keesokan harinya saya tunjukan beberapa foto saya di masjid Osaka ke teman teman, beragam tanggapan saya dapatkan. Beberapa  menyesalkan mengapa tidak mengajak mereka, saya sampaikan jawaban bahwa saya khawatir perjalanan saya mencari masjid tidak berhasil dan bahkan kemudian tersesat di perjalanan.
Begitulah sedikit pengalaman saya mencari masjid di Jepang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI