Pembakaran juga mengalami perkembangan agar semakin efektif mengikuti zaman. Dahulu pembakaran masih menggunakan tungku dan jerami, kini pembakaran sendiri menggunakan sebuah tempat yang cukup lumayan besar namun tetap menggunakan kayu bakar, namun kelebihannya bisa memuat banyak sekali produksi. Namun kelemahannya, pembakaran menggunakan tungku menghasilkan produk yang lebih baik dan merata, walaupun dengan biaya yang mahal.
Maka setelah wujud kerajinan tanah liat ini terbentuk dengan baik, selanjutnya yakni tahap finishing atau kreasi dari gerabah itu sendiri. Dalam hal ini gerabah memasuki beberapa tahap, yakni tahap menghaluskan, tahap memberi cat dasar dan tahap memberi hiasan. Tahap menghaluskan yakni menggunakan media amplas, tahap ini berguna untuk menghaluskan tekstur gerabah agar mudah diberi cat dasar. Selanjutnya masuk ke tahap cat dasar yakni berguna untuk memberikan agar cat warna di tahap ke tiga mudah menempel dan tidak mudah luntur. Sebenarnya pada tahap ketiga ini tidak berpatok pada melukis dengan cat warna, namun bisa dengan menempel atau menganyam dengan bahan lain terhadap produk gerabah.
Seperti yang diungkapkan oleh Bu Any mengenai bentuk gerabah akan selalu memenuhi permintaan konsumen, artinnya para pengrajin gerabah akan selalu mengikuti tren yang ada di setiap perkembangan zaman. Kenyataannya semakin bekembangnya zaman, seni gerabah memang tidak akan termakan waktu, yang mana kita tahu bahwa banyak produk-produk yang lebih mudah didapatkan dengan harga yang dapat dibilang cukup murah untuk dimiliki. Namun sebagai budaya Indonesia, seni gerabah selalu memiliki keunikan tersendiri yang wajib untuk kita miliki. Unsur estetika yang terletak didalam seni gerabah tidak akan dimiliki barang-barang yang menyainginya. Keindahan yang menyertai sebuah seni, memiliki beberapa prinsip yakni kesatuan atau unity, keselarasan atau harmoni, keseimbangan atau balance dan kontras.
Penggunaan kerajinan gerabah di Era Modern ini mungkin tidak banyak yang menyadarinya, namun apabila jeli dalam melihat pasti akan mengetahuinya. Produk-produk gerabah yang beragam macamnya, seperti produk tempat makan, vas bunga, interior hingga ke mozaik panjangan. Produk-produk gerabah ini juga diekspor hingga ke mancanegara, seperti Australia, Asia hingga Eropa. Desain dan produk dari finishing gerabah, yang dibuat semakin modern, membuat peminatnya tidak akan ada hentinya, walaupun tetap saja pengrajin mempertahankan bentuk-bentuk yang dari dulu ada.
Namun sebenarnya tidak dipungkiri memang peminat dan kuota pendatang lumayan berkurang, ditambah lagi adanya pandemi yang sedang berlangsung. Namun tetap besar harapannya bagi para pengrajin maupun para rumah produksi gerabah, untuk selalu tetap bisa menjadikan gerabah sebagai sebuah mata pencaharian sekaligus melestarikan salah satu budaya di negara Indonesia. Lalu bagaimana teman-teman, yuk ikut melestarikan budaya Indonesia dengan memiliki produk dalam negeri kita satu ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H