Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PLTU Bukan Penyebab Utama Polusi Udara di Jakarta, Ini Faktanya

24 Agustus 2023   16:41 Diperbarui: 24 Agustus 2023   16:45 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ada saja yang mengkambinghitamkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai penyebab utama polusi udara di Jakarta. Padahal, PLTU di Indonesia diawasi dengan sangat ketat dan menerapkan standar tinggi. Karena PLTU ini adalah penopang terbesar listrik di Indonesia.

Untuk diketahu, Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki 253 PLTU hingga 20 April 2022. Dari jumlah tersebut, PLTU terbanyak berada di Kalimantan Timur, yaitu 26 unit. PLTU juga banyak tersebar Banten dan Jawa Timur yang masing-masing sebanyak 22 unit. Kemudian, ada 16 PLTU yang berada di Bangka Belitung. Ada pula 13 PLTU yang beroperasi di Kalimantan Barat.

Jadi, sangat aneh rasanya kalau PLTU dipojokkan sebagai penyebab utama polusi di Jakarta dan sekitarnya. Apalagi kalau mau jujur, PLTU ini kan sebenarnya sudah lama dibangunnya. Kalau dijadikan penyebab mengapa tidak tahun sebelumnya?! Lalu bukankah waktu pandemi PLTU tetap beraktivitas, tapi mengapa langit Jakarta dan sekitarnya bisa bersih?!

Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio, mengemukakan bahwa ada upaya menunggangi isu polusi untuk memojokkan PLTU di barat Pulau Jawa. Menurutnya, banyak informasi palsu beredar. Namun, ia menekankan bahwa sumber polusi utama di Jakarta adalah transportasi. 

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menegaskan bahwa operasional PLTU telah menggunakan teknologi canggih seperti Electrostatic Precipitator (ESP) dan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) untuk mengontrol emisi. Teknologi ESP telah digunakan di berbagai PLTU di sekitar Jabodetabek.

Menurut Edwin, PLTU telah berkontribusi dalam meningkatkan kualitas udara di Jakarta dan Banten. "Kami terus berupaya meningkatkan pengelolaan lingkungan dan berkomitmen pada energi bersih," pungkasnya.

Screenshoot Postingan IG @bbcindonesia 
Screenshoot Postingan IG @bbcindonesia 

Salah satu media yang memainkan isu ini adalah BBC Indonesia. Dan siapa lagi aktor yang menjadi corong kampanyenya kalau bukan NGO seperti WALHI. Isunya apalagi kalau bukan soal mempertanyakan komitmen pemerintah terhadap energi terbarukan dan lingkungan hidup. Ga heran sih karena memang isu inilah yang paling banyak NGO mendapatkan cuan dari proposal-proposal mereka. Kalau Ketua Kampanye Walhi DKI Jakarta, Muhammad Aminullah menyebut pemerintah tidak berani untuk memperketat aturan lingkungan ke perusahaan, itu jelas salah besar.

Karena faktanya, pemerintah Indonesia sudah menunjukkan komitmen besar terkait aturan lingkungan dan energi terbarukan. Peralihan penggunaan energi fosil dalam industri seperti PLTU dan juga kendaraan bermotor terus dilakukan. Tapi prosesnya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kan ga mungkin PLTU di shutdown terus Indonesia jadi minim listrik?! Itu namanya sedang menghalangi Indonesia menjadi negara maju.

Komitmen pemerintah tersebut bisa dilihat dari apa yang dicanangkan oleh PLN. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang dalam upaya menurunkan emisi karbon di sektor kelistrikan salah satunya dengan cara menambahkan pembangkit yang menggunakan EBT mencapai 51,6% atau dengan total kapasitas 21 GW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun